SOLOPOS.COM - Sebatang pohon grasak berukuran besar dan diperkirakan berumur ratusan tahun berdiri kokoh di Situ Kandang Wayang yang terletak di Dukuh Jenar, Desa, Jenar, Kecamatan Jenar, Sragen, Rabu (16/3/2022). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Keberadaan Kandang Wayang yang terletak di Dukuh Jenar, Desa Jenar, Kecamatan Jenar, Sragen, masih menyimpan banyak misteri. Warga yang tinggal di seputaran Kandang Wayang itu sampai sekarang dilarang menggelar wayangan.

Kalau ada warga yang nekat menggelar wayangan maka satu keluarga bisa meninggal dunia. Mitos itu sampai sekarang masih diyakini warga setempat. Dukuh tersebut dihuni 200-an keluarga (KK) dengan 460 jiwa yang menyebar di lingkungan RT 001 dan RT 002/RW 001.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Kepala Desa Jenar, Samto, menjelaskan karena adanya Kandang Wayang itulah maka warga di dua RT itu tidak boleh menggelar wayangan. Warga di RT lain di lingkungan Desa Jenar diperbolehkan.

Baca Juga: Wayang dan Gamelan Batu Ditemukan di Situs Kandang Wayang

“Saya yang sudah berumur 50 tahun ini belum pernah menyaksikan warga Dukuh Jenar ini menanggap wayang. Sebelum saya lahir belum ada warga yang berani menggelar wayangan. Dari cerita-cerita simbah-simbah dulu, pada zaman dulu pernah ada satu keluarga nekat menggelar wayangan saat pesta pernikahan. Akhirnya, satu keluarga bersama pengantinnya habis, meninggal dunia. Saat itu mungkin orang tua saya belum menikah,” jelas Samto saat ditemui wartawan, Rabu (16/3/2022).

Dia menerangkan Dukuh Jenar ini dulu merupakan pusat pemerintahan Kecamatan Jenar. Dulu, camat dan danramil tinggal di Dukuh Jenar. Tetapi tempat itu sekarang sudah menjadi kebun tebu. Pusat pemerintahan Kecamatan Jenar kemudian pindah ke Desa Dawung.

Penjelasan Samto itu diamini sesepuh Dukuh Jenar, Darso Wiyono, yang sudah berumur 92 tahun. Darso menerangkan keberadaan Kandang Wayang itulah yang menyebabkan satu Dukuh Jenar tidak boleh menanggap wayangan. Dia mengungkapkan dulu pernah ada yang nekat menggelar pentas wayang. Satu keluarga itu habis, bahkan sampai generasi ketiga.

Baca Juga: Ditemukan Batu berbentuk Kuda dan Batu Berirama di Jenar Sragen

“Ya, seperti pagebluk [wabah] begitu. Bahkan saat itu ada suara gaib yang berbunyi mengancam, kalau nekat diulang lagi maka akan dihabis sampai sak keturunannya. Sejak saat itu sampai sekarang tidak ada yang berani menggelar wayangan di dukuh ini,” ungkap Darso.

Ia menjelaskan di Kandang Wayang itu dulu ada dua batu bergambar wayang. Namun sekarang sudah tak ada lagi. Darso tak tahu di mana . “Kalau tidak salah itu batu Janaka dan Srikandi,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya