Soloraya
Senin, 25 Desember 2017 - 14:30 WIB

Warga Gemolong Sragen Sempat Suspect Difteri, Ternyata...

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Seorang warga Gemolong, Sragen, sempat dinyatakan suspect difteri pada Maret 2017 lalu.

Solopos.com, SRAGEN — Seorang warga Kecamatan Gemolong, Sragen, sempat dinyatakan suspect penderita difteri pada Maret 2017. Gejala penyakit yang dialaminya mirip difteri.

Advertisement

Yang bersangkutan sempat dilarikan ke RSUD dr Moewardi Solo untuk mendapatkan perawatan. Tapi setelah dicek sampel swap tenggorokannya, dia dinyatakan negatif difteri.

Penjelasan itu disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Sragen, Hargiyanto, saat diwawancara wartawan, Senin (24/12/2017). “Suspect itu baru dicurigai. Setelah diperiksa, negatif,” ujar dia.

Menurut dia kejadian tersebut satu-satunya kasus yang ditengarai difteri sepanjang 2017. Berdasarkan data Dinkes Sragen penyakit difteri kali terakhir terjadi di Sragen pada 2015.

Advertisement

“Jadi bila ada informasi yang menyebutkan Sragen KLB [kejadian luar biasa] difteri, itu tidak benar. Sekarang masyarakat bila sakit batuk saja minta dicek tenggorokannya,” kata dia.

Salah satu tanda serangan difteri, Hargiyanto menerangkan, adanya selaput putih di tenggorokan. Biasanya saat itu terjadi tubuh atau badan penderita menjadi demam atau panas. “Tapi untuk memastikan difteri atau tidak, harus diambil sampel swap tenggorokannya lalu diuji di laboratorium di Semarang. Mudah-mudahan tidak terjadi di Sragen,” harap dia.

Hargiyanto meminta penyimpanan dan pengiriman vaksin dilakukan secara benar, sehingga bisa bekerja dengan benar bila tiba waktunya digunakan. Tak kalah penting, menurut dia, kesadaran masyarakat untuk memvaksinasi anak mereka. Sebab bila ada yang tidak divaksinasi, berpotensi terserang penyakit itu.

Advertisement

Yang mengerikan lagi, penderita penyakit tersebut berpotensi menularkan penyakit itu kepada orang lain. “Kami selalu tekankan vaksinasi ini jangan sampai ada penolakan,” kata dia.

Sayangnya, berdasarkan data Dinkes Sragen, cakupan imuniasi saat ini baru di angka 96 persen. Sebanyak empat persen sasaran belum diimuniasi karena berbagai alasan. Sebagian besar sasaran yang belum divaksinasi, diklaim Dinkes Sragen lantaran tak berdomisili di Sragen. Mereka ikut orang tua atau kerabatnya ke luar Sragen untuk merantau.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif