Soloraya
Rabu, 17 April 2024 - 11:16 WIB

Warga Harus Hati-Hati, Jembatan Sidodadi di Jambeyan Sragen Rawan Ambrol

Tri Rahayu  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Rambu hati-hati jembatan rawan ambrol dari DPU Sragen terpasang di jalan menuju ke Jembatan Sidodadi yang rawan ambrol di Dukuh Sunggingan, Desa Jambeyan, Sambirejo, Sragen, Rabu (17/4/2024). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Jembatan Sidodadi di jalur Sambi-Jambeyan-Sukorejo, Kecamatan Sambirejo, Sragen, rawan ambrol. Untuk mengantisipasi hal tak diinginkan, Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Sragen sudah memasang rambu-rambu peringatan jembatan rawan ambrol arah Sambi dan Sukorejo.

Jembatan sepanjang 15 meter dan selebar 5 meter itu terletak di wilayah Dukuh Sunggingan, Desa Jambeyan, Kecamatan Sambirejo, tepatnya di sebelah timur laut Waduk Gebyar. Jalur tersebut merupakan jalan kelas III tetapi sering dilewati truk dump bermuatan batu dan material tambang lainnya yang melebihi kelas jalan. Di wilayah Sambi sebenarnya sudah dipasang rambu-rambu batas kendaraan yang lewat maksimal berkapasitas delapan ton.

Advertisement

Warga Dukuh Sunggingan, Sugiyono, 45, mengungkapkan Jembatan Sidodadi dibangun secara swadaya pada tahun 1970-an. Kemudian pada 1991 direnovasi oleh DPU Sragen.

“Jembatan itu mulai rusak sejak empat bulan terakhir. Beberapa waktu lalu sudah disurvei dari DPU Sragen. Bahkan sudah dipasang rambu-rambu dari sisi timur dan sisi barat agar hati-hati karena jembatan rawan ambrol. Kerusakannya di kaki jembatan sisi barat sebelah selatan dan kaki sebelah timur sisi utara,” jelas Sugiyono kepada Solopos.com, Rabu (17/4/2024).

Kerusakan jembatan karena usia dan sering kelebihan beban dari kendaraan yang melewatinya. Sugiyono memastikan jalan Sambi-Sukorejo merupakan jalan kelas III dengan kapasitas maksimal delapan ton.

Advertisement

“Tetapi faktanya banyak truk dump bermuatan batu atau material tambang yang melintasi jalan dan jembatan itu. Padahal berat muatan dan kendaraan lebih dari kapasitas maksimal delapan ton,” ujarnya.

Sugiyono juga menyebut drainase jalan juga tak berfungsi maksimal sehingga air hujan sering mengalir lewat jalan, tidak melewati drainase. Ketika air dari jalan masuk ke sungai lewat jembatan itu, lambat laun mengikis struktur kaki jembatan.

“Sampai sekarang jembatan itu masih bisa dilewati pengguna jalan, namun rawan ambrol,” jelasnya.

Advertisement

Sementara itu, Kabid Bina Marga DPU Sragen, Aribowo Sulistyono, menyampaikan DPU berencana untuk menyurvei kembali jembatan itu untuk memastikan kondisinya apakah membutuhkan penanganan segera atau tidak.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif