Soloraya
Senin, 4 Juli 2011 - 03:32 WIB

Warga Kenteng mulai resah

Redaksi Solopos.com  /  Nadhiroh  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Dok SOLOPOS)

Ilustrasi (Dok SOLOPOS)

Solo (Solopos.com)–Warga Kenteng, Kelurahan Semanggi, Pasar Kliwon mengaku mulai mencium adanya gelagat dari sejumlah oknum yang sengaja mengobok-obok permukiman di tanah hak pakai (HP) 16.

Advertisement

Mereka meminta agar Walikota Solo Jokowi segera turun tangan secara langsung agar polemik tanah HP 16 tak dimanfaatkan pihak ketiga yang ingin menggendutkan perutnya sendiri.

“Kami sebenarnya tahu siapa oknum yang bermain itu. Namun, kami akan memberitahu jika Jokowi yang turun langsung ke sini,” kata tokoh masyarakat Kenteng, Sarjoko kepada Espos di kampung setempat, Minggu (3/7/2011).

Sejak Pemkot melemparkan rencana pengambilan kembali tanah HP 16, warga Kenteng memang mulai merapatkan barisan. Sejumlah tokoh masyarakat dan pengurus RT/ RW juga mulai menggelar rapat malam untuk membahas persoalan yang mengancam permukiman mereka tersebut.

Advertisement

Salah satu poin penting yang disepakati warga ialah meminta Jokowi turun langsung ke warga dan berdialog secara terbuka. “Sebab, selama ini ada oknum yang sengaja membelokkan persoalan karena mereka mengusung agenda pribadi. Inilah yang akan kami lawan,” lanjut Sarjoko.

Oknum pejabat yang ditengarai bermain di tanah HP 16, kata warga lainnya, Suwardo tiap hari terus memantau permukiman warga Kenteng. Oknum tersebut juga melakukan pendekatan agar warga segera meninggalkan tanah HP 16.

“Kami terus terang resah. Oknum itu ingin merebut tanah HP 16 ini dan akan dijadikan proyek besar,” terangnya.

Advertisement

Hingga saat ini, warga tetap bersikukuh menolak dipindah ke rumah susun sederhana sewa (Rusunawa). Namun, warga tak akan menghalang-halangi upaya Pemkot yang ingin membangun Rusunawa. “Silakan membangun Rusunawa. Tapi, jangan minta kami menempatinya,” papar Sarjoko.

Data yang dihimpun Espos, tanah HP 16 ditempati warga di empat RT dengan 400-an kepala keluarga (KK). Tanah seluas 50.000 meter persegi itu sebelumnya adalah tanah negara yang menjadi satu kesatuan dengan tanah Silir di sisi utaranya.

Dalam perkembangannya, tanah tersebut menjadi HP Pemkot. Sejumlah tanah di Silir bahkan banyak yang telah disertifikatkan secara pribadi. Namun, tak demikian dengan tanah di Kenteng. Tanah yang mulai padat permukiman penduduk sejak tahun 1990-an itu pun tetap menjadi HP 16 dan akan dijadikan Pasar Induk.

(asa)

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif