SOLOPOS.COM - Bacaleg DPRD Kota Solo dari PKB, Teddy Tondowidjojo, saat diwawancara wartawan, Kamis (6/7/2023) siang. (Solopos.com/Kurniawan)

Solopos.com, SOLO—Pesta demokrasi lima tahunan Pemilu 2024 menjadi momentum dan kesempatan siapa saja ambil bagian dari negeri ini untuk meramaikan. Siapapun yang memenuhi persyaratan maju sebagai Bacaleg bisa menjajal kesempatan untuk menjadi legislator.

Tidak terkecuali dari warga keturunan seperti yang dilakukan Teddy Tondowidjojo, 39, seorang advokat di Kota Solo.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Warga Guwosari RT 002/RW 027 Kelurahan Jebres itu adalah warga keturunan Tionghoa dan menganut agama Kristen Protestan. Dia mengaku merasa terpanggil untuk ambil bagian dalam mengawasai dan mengawal jalannya pemerintahan.

“Saya melihat di pemerintahan ini korupsi semakin merajalela. Saya peduli dengan rakyat, kok uang rakyat dikorupsi oknum-oknum. Ironis sekali, kasihan rakyat. Sudah bayar berbagai jenis pajak, tapi uangnya malah dikorupsi,” ujar dia, Kamis (6/7/203).

Padahal, menurut Teddy, masih banyak warga yang hidup susah atau di bawah garis kemiskinan. Dia ingin ambil bagian di lembaga wakil rakyat agar bisa ikut mengawasi jalannya pemerintahan dan penganggaran agar bisa tepat sasaran untuk rakyat.

“Saya ingin ambil bagian dalam pengawasan jalannya pemerintahan, agar uang bisa digunakan untuk sebesar-besar kemakmuran warga,” aku dia. Walau baru kali ini maju sebagai Bacaleg DPRD Solo, Teddy optimistis bisa lolos ke parlemen Kota Solo.

Apalagi beberapa waktu terakhir dia sudah terus bergerak menggalang dukungan keluarga, kerabat, hingga para tetangga. “Jika Tuhan mengizinkan. Saya sudah minta dukungan keluarga, tetangga-tetangga di Jebres, tempat saya maju,” terang dia.

Ihwal pemilihan PKB sebagai kendaraan untuk maju sebagai Caleg DPRD Solo, menurut Teddy, karena partai itu bersikap terbuka. PKB dinilai tidak membeda-bedakan latar belakang agama dan etnis seseorang ketika akan bergabung atau maju caleg.

“PKB partai yang paling bersih, tidak membeda-bedakan agama dan ras. Jad PKB ini guyub, dari elemen mana pun diterima. Saya dirangkul PKB, sehingga pas sekali dengan prinsip hidup saya. Saya kan keturunan Cina dan Kristen Protestan,” kata dia.

Teddy mengaku satu visi dengan PKB yang berlaku terbuka kepada semua elemen masyarakat. Sebagai sesama bagian dari bangsa Indonesia, mestinya tidak boleh membeda-bedakan latar belakang maupun status setiap warga negara.

Dia mengaku sempat mendapat perlakuan tidak mengenakkan dengan kondisinya yang merupakan warga keturunan Tionghoa. “Saya dulu disebut-sebut China, China, begitu. Seharusnya kan tidak boleh begitu. Kita sama-sama warga negara,” tutur dia.

Karena tindakan diskriminasi itu pada 2016, Teddy sempat khilaf dan melakukan tindak penganiayaan kepada seseorang. “Saya sempat masuk penjara lima bulan 15 hari. Tapi saya sudah mendapat pembelajaran dari itu dan sudah berubah,” aku dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya