Soloraya
Sabtu, 28 Mei 2011 - 08:02 WIB

Warga Manisrenggo bangun Monumen Tembakau

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - MONUMEN-- Dua warga Manisrenggo sedang menyelesaikan pembangunan Monumen Tembakau di Dukuh Ngaglik, Desa Nangsri, Kecamatan Manisrenggo, Rabu (25/5).

Klaten (Solopos.com) – Warga Kecamatan Manisrenggo, Klaten bergotong-royong membangun monumen di Desa Nangsri, Kecamatan Manisrenggo, Klaten. Monumen itu mereka namai Monumen Tembakau. Monumen dibangun sebagai penanda bahwa kawasan Manisrenggo adalah penghasil tembakau.

MONUMEN-- Dua pekerja sedang menyelesaikan pembangunan Monumen Tembakau di Dukuh Ngaglik, Desa Nangsri, Kecamatan Manisrenggo, Klaten, Rabu (25/5). (JIBI/SOLOPOS/Muhammad Khamdi)

Advertisement
Pembangunan itu sudah dimulai sejak pertengahan April lalu. Namun, saat ini pembangunan monumen belum selesai. Camat Manisrenggo, Gandung Wahyudi Martono, menyatakan pembangunan monumen dilakukan untuk mengenang leluhur petani tembakau yang telah membuat sejarah, yaitu Manisrenggo jadi salah satu kecamatan di Klaten yang menghasilkan tembakau.

“Kami ingin membangkitkan semangat petani tembakau untuk terus menanam tembakau. Manisrenggo merupakan sentra tembakau,” paparnya ketika ditemui Espos, di kantornya, belum lama ini. Menurut Gandung, Monumen Tembakau dibangun di lahan seluas lebih kurang 100 meter persegi di Dukuh Ngaglik, Desa Nangsri, Kecamatan Manisrenggo. Tanah itu sumbangan warga setempat, Wartini. Pemerintah Kecamatan Manisrenggo menganggarkan dana Rp 70 juta untuk biaya pembangunan monumen itu.

“Uang dari swadaya masyarakat yang terkumpul saat ini Rp 15 juta. Kekurangannya akan ditanggung bersama-sama,” kata Gandung. Di monumen itu, imbuh Gandung, nantinya akan dipasang patung petani tembakau yang sedang bekerja dengan alat pengrajang tradisional.

Advertisement

Relief di monumen itu menggambarkan potensi masyarakat Manisrenggo. Patung dibuat oleh seorang pengrajin patung di Prambanan. Kepala Desa Nangsri, Sumarjo, menyatakan pembangunan monumen itu atas prakarsa para petani tembakau dan seluruh masyarakat Manisrenggo. Dia mengharapkan Manisrenggo bisa dikenal luas oleh masyarakat.

“Monumen itu menggambarkan bahwa petani tembakau dengan alat tradisional mampu bertahan di tengah goncangan harga tembakau yang semakin tidak menentu,” paparnya.

Sementara itu, petani tembakau setempat, Paidi, 52, menginginkan seluruh petani Manisrenggo terus bertanam tembakau dengan harapan dapat mengembangkan usaha. “Pembangunan monumen ini seharusnya menguntungkan petani tembakau,” tegasnya.

Advertisement

m98

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif