SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, KLATEN–Pembangunan tugu dan monumen yang ada di wilayah Klaten kota dengan dana miliaran rupiah menuai kritik dari sejumlah warga di wilayah Kecamatan Manisrenggo.

Mereka ingin monumen Markas Besar Komando Djawa (MBKD) yang ada di Kepurun, Manisrenggo juga direhab karena memiliki nilai sejarah nasional.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

“Saat ini, kondisinya [monumen MBKD] memprihatinkan, beberapa bagian lantainya ada yang rusak dan warna catnya juga sudah pudar. Padahal, setiap tahun pasti ada acara untuk mengenang jasa para pahlawan berupa napak tilas yang mengambil start di monumen tersebut,” kata warga Manisrenggo, Mujiyono, kepada Solopos.com, Minggu (14/9/2014).

Ia berharap pemerintah memperhatikan kondisi monumen yang menjadi simbol Perjuangan Panglima Besar Jenderal Soedirman itu dan merehabnya menjadi lebih baik.

Ke depan, tempat tersebut bisa dijadikan kawasan wisata sejarah yang bisa dikunjungi para pelajar di Klaten.

“Sebagai warga, saya ingin monumen MBKD bisa diperbaiki seperti rehab tugu dan monumen yang saat ini dilakukan Pemkab di Klaten kota. Apalagi, monumen itu memiliki simbol sejarah perjuangan Jenderal Soedirman,” ujarnya.

Camat Manisrenggo, Wahyudi Martono, juga mengatakan hal serupa. Ia menilai pembangunan tugu dan monumen sebaiknya tidak hanya terpusat di Klaten kota.

“Kami mengapresiasi pembangunan tugu dan monumen di kota. Tapi, monumen bersejarah di daerah juga harus diperhatikan. Kalau perlu, ada inventarisasi dari Pemkab sehingga kondisi tempat bersejarah di Klaten tidak terbengkalai,” katanya, Minggu.

Napak Tilas
Ia menambahkan monumen yang diresmikan tahun 1983 oleh Wakil Presiden RI yang saat itu dijabat Umar Wirahadikusumah, masih menempati tanah kas desa dengan halaman yang minim. Padahal, lokasi itu sering digunakan kegiatan napak tilas para pahlawan setiap tahun dengan jumlah peserta ratusan orang.

Selain itu, lanjut dia, dana untuk perawatan monumen tersebut sebelum kegiatan napak tilas juga semakin menurun dari Rp1 juta sampai Rp2 juta, tahun lalu hanya mendapat Rp500.000.

“Dua tahun lalu, dana pemeliharaannya dari Pemkab sekitar Rp1 juta hingga Rp2 juta, sedangkan tahun lalu hanya Rp500.000 untuk mengecat dan membersihkan monumen,” ujarnya.

Wahyudi berharap Pemkab Klaten bisa mengalokasikan dana untuk perbaikan dan pengembangan lokasi monumen tersebut. Bahkan, warga yang memiliki lahan di sekitar monumen itu siap untuk menjual lahannya kepada pemkab.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Klaten, Sugeng Haryanto, mengatakan rehab monumen MBKD di Kepurun tersebut akan diusulkan dalam APBD 2015.

“Monumen itu tetap kami perhatikan karena memiliki nilai sejarah di Klaten. Kami berencana mengajukan dana untuk perbaikannya pada APBD 2015. Besaran dananya kami sesuaikan dengan anggaran yang ada,” katanya saat dihubungi Solopos.com, Minggu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya