SOLOPOS.COM - Suyatno, warga Dusun Ngemplak, Desa Kaliboto, Kecamatan Tasikmadu, Kabupaten Karanganyar membersihkan kandang sapinya yang telah kosong, Sabtu (26/3/2022). Belasan sapi di desa tersebut mati mendadak dalam waktu sebulan terakhir. (Solopos.com/Akhmad Ludiyanto)

Solopos.com, KARANGANYAR — Setelah belasan sapi di Dusun Ngemplak, Desa Kaliboto, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar mati misterius, sebagian warga menjual sapi yang tersisa. Mereka khawatir sapi-sapi sehat itu akan ikut mati tertular atau mati dengan cara yang sama.

“Yang satu mati sebulan lalu. Tinggal satu saya jual baru saja hari ini [Sabtu]. Daripada mati lagi malah saya tambah rugi. Saya jual ke seorang pembeli Rp14 juta.” ujar Suyatno, salah satu warga Dusun Ngemplak,  saat ditemui di rumahnya, Sabtu (26/3/2022).

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Ia mengaku salah satu dari dua sapi dewasanya mati sekitar sebulan lalu. Sedangkan satu sapi lainnya masih sehat, namun ia jual karena takut menyusul mati.

Sementara itu, Kepala Desa Kaliboto, Hariyono, mengakui sebagian warganya menjual sapi mereka karena takut ikut mati mendadak. “Ya sebagian memang ada yang menjual karena takut sapinya mati lagi. Tapi ada sebagian warga lain yang tetap memelihara,” ujarnya.

Baca Juga: Belasan Sapi di Mojogedang Karanganyar Mati Misterius

Di sisi lain, kematian misterius hewan ternak ini menyisakan kesedihan bagi Supono, 53. Warga Dusun Ngemplak ini tidak menyangka sapi miliknya yang ia pelihara selama enam bulan mati mendadak, Rabu (23/3/2022).

Sapi yang sedang hamil itu juga satu-satunya sumber penghasilan untuk bertahan hidup di tengah situasi sulit. Ia sudah berangan-angan akan merawat anak sapi yang akan dilahirkan si induk dan menjualnya begitu besar nanti. Uangnya akan ia gunakan untuk biaya sekolah anak-anaknya dan memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Supono membeli sapi yang bunting itu Rp15.750.000 delapan bulan lalu dari uang tabungannya bertahun-tahun. “Saya beli sapi karena bisa saya openi [pelihara] supaya beranak-pinak dan anakannya bisa saya jual untuk biaya sekolah anak-anak. Saya nekat beli sapi pakai uang tabungan. Tapi kok malah sapinya mati mendadak seperti ini,” ujarnya saat ditemui di rumahnya.

Baca Juga: Agar Selalu Jinak, Ini Cara Menjinakkan Sapi di Tempat Wisata Jatinom

Supono memutuskan memelihara sapi setelah jadi korban pemutusan hubungan kerja (PHK) karena pandemi Covid-19. “Tabungan saya habis, saya juga tidak bekerja, sapi saya malah mati. Saya bingung harus berharap dari mana lagi untuk hidup,” kata Supono menitikkan air mata.

Sementara itu, meski ia mengalami musibah tersebut, ia berharap tidak ada lagi tetangganya yang mengalami musibah yang sama. Sebab hal itu akan menyengsarakan mereka. “Ya moga-moga tidak ada lagi sapi yang mati,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya