SOLOPOS.COM - Warga dan komunitas membersihkan Kompleks Makam Keraton Kartasura dalam kegiatan Sadranan Ageng Keraton Kartasura, Sabtu (26/3/2022). (Solopos-Magdalena Naviriana Putri)

Solopos.com, SUKOHARJO – Masyarakat dari berbagai wilayah turut mengikuti Sadranan Ageng Keraton Kartasura yang digelar di Kompleks Makam Keraton Kartasura, Sukoharjo, Sabtu (26/3/2022). Sadranan adalah tradisi mengunjungi makam pada Bulan Ruwah untuk memberikan doa kepada leluhur.

Ketua Panitia Sadranan Ageng Keraton Kartasura, Bagus Sigit Setiawan, mengatakan sadranan diikuti warga Kartasura hingga Gunungkidul, DIY. “Mayoritas dari Kartasura [peserta kegiatan]. Dari Gunungkidul, Yogyakarta, juga banyak yang ikut hadir,” jelas Sigit saat ditemui di lokasi sadranan, Sabtu.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Sigit mengatakan sadranan juga diikuti anggota komunitas seperti perguruan pencak silat, komunitas sosial, organisasi masyarakat berbasis agama hingga abdi dalem Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Baca juga: Warga Boyolali Merawat Tradisi Sadranan di Tengah Pandemi Covid-19

Dia menjelaskan kegiatan yang berlangsung sejak pukul 07.00 WIB tersebut di awali dengan besik (bersih-bersih) makam, yasinan dan akan dilanjutkan dengan pertunjukan wayang kulit. Menurutnya, gelaran Sadranan sendiri sebagai simbol penghormatan kepadaleluhur.

“Tujuannya mendoakan para leluhur, sekalian nguri-uri budaya, kalau wayang nanti ceritanya tentang alas Wonokerto sebelum jadi Kartasura, jadi sejarah Kartasura kuno,” jelasnya.

Kerukunan Antarwarga

Selain tujuan mendoakan leluhur, menurutnya kegiatan kali ini juga mendapat bonus kerukunan antarwarga, sekaligus memperkenalkan Kartasura sebagai sebuah cagar budaya. Lebih lanjut, Sigit mengakui tradisi itu masih berjalan karena kekompakan warga sekitar.

Baca juga: Begini Pandangan Islam Terkait Tradisi Sadranan di Jawa

Sementara itu, abdi dalem Keraton Solo, Haryanto, 54, mengatakan kegiatan sadranan dilakukan sebagai upaya mengantisipasi hilangnya sejarah dan petilasan. “Nek mboten dirawat situs-situs ngeten niki saget ical [kalau tidak dirawat, situs-situs sejarah seperti ini bisa hilang],” terangnya saat ditemui di lokasi kegiatan pada Sabtu.

Warga setempat, Sukini Ariantini, 58, mengatakan ritual pembersihan makam rutin dilaksanakan setiap tahun secara besar-besaran menjelang awal Puasa.

“Tradisinya semoga terus berlanjut, setiap kegiatan besar Keraton Surakarta, di sini [Kartasura] juga mengadakan, hanya berbeda hari saja, supaya tradisi tetap hidup,” kata cucu pengelola tanah makam itu, Sabtu.

Baca juga: Jelang Puasa akan Digelar Sadranan Ageng Keraton Kartasura Sukoharjo

Warga asal Salatiga, Anik Driani, alias Sekar Langit, 50, juga turut menghadiri Sadranan Ageng Kraton Kartasura itu. “Jauh-jauh datang ke sini, ikut nguri-uri leluhur dan menjaga kelestarian budaya,” kata anggota komunitas paranormal itu.

Diberitakan sebelumnya, sadranan merupakan salah satu tradisi di lingkungan masyarakat Jawa Islam. Bentuk kegiatannya membersihkan makam leluhur sekaligus diniatkan berziarah atau mendoakan para leluhur. Waktu pelaksanaan menjelang Bulan Puasa, yaitu Bulan Ruwah/Sya’ban. Sadranan kali pertama diinisiasi Walisongo pada zaman Kerajaan Demak atau masa awal penyebaran Islam di Pulau Jawa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya