SOLOPOS.COM - Sumber air ditemukan warga di tegalan lereng Bukit Morojoyo, Dukuh Jatisari, Desa Tanggan, Kecamatan Gesi, Sragen, Sabtu (26/8/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN —  Warga Dukuh Jatisari, Desa Tanggan, Kecamatan Gesi, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, menemukan sumber air di tengah tegalan luas yang tandus dan kering. Sumber air ini ditemukan pada Rabu (16/8/2023), sehari sebelum peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-78 Kemerdekaan Republik Indonesia.

Penemuan sumber air ini bagaikan oase di tengah padang pasir. Sumber air itu berada di lereng Bukit Morojoyo, tempat warga Desa Tanggan menggelar upacara kemerdekaan RI setiap tahunnya. Lokasi temuan sumber air itu berada di ketinggian sekitar 100 meter di atas permukaan air laut.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Warga Jatisari, Jarwanto, menunjukkan lokasi sumber air itu. Lokasinya menanjak dan harus berjalan kaki sekitar 10 menit. Dari lokasi sumber air itu, pemandangan Sragen yang menghijau dengan langit biru terlihat jelas. Meskipun di kanan kiri lokasi itu merupakan lahan kering bekas tanaman tebu. Di bagian atas ada rerimbunan pohon jati.

“Sumber air ini ditemukan pada 16 Agustus 2023 lalu oleh Sutiman, mantan Ketua RT 002, Dukuh Kopen, Desa Tanggan. Awalnya Sutiman mencari rumput untuk pakan ternaknya. Saat menginjak tanah kok becek, padahal di sekitarnya kering. Saat itu, Sutiman membuat lubang kecil dan ternyata keluar air yang bening. Setelah itu, Sutiman memberitahu warga dan Pemerintah Desa Tanggan,” jelas Jarwanto kepada wartawan, Sabtu (26/8/2023).

Jarwanto menerangkan, sejumlah warga diajak melihat sumber air itu pada malam hari menjelang 17-an. Saat melihat sumber air itu, Jarwanto dan warga sempat menemukan dua ekor ular hijau. Dia sempat berbincang ihwal sumber air itu dengan Kepala Desa (Kades) Tanggan.

“Pak Kades menyambut baik dan rencana dibuatkan semacam bak penampungan agar airnya bisa dimanfaatkan warga untuk sekadar cuci tangan atau bisa untuk minum hewan yang lewat. Debitnya memang kecil karena kemarau. Mungkin saat musim penghujan bisa bertambah,” ujarnya.

Jarwanto juga berkisah dulu di lereng sisi selatan Bukit Morojoyo ini ada pohon plasa yang cukup besar. Pada masa Pemerintahan Paku Buwono VIII, di bawah pohon itu sering digunakan tempat berdiam macan Jawa. Di era itu, Tanggan masih berupa alas dan jadi lokasi berburu.

Jarwanto mengaku mendapatkan cerita itu dari simbah wareng (atau generasi keenam sebelumnya) yang seorang tukang menangkap macan. “Alat menangkap macan itu disebut angkin. Yakni semacam kain jarit. Mbah wareng saya itu namanya Mbah Joyosemito. Kereta PB VIII itu dulu pernah disimpan seorang warga di wilayah Kedungupit, Sragen kota,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya