Soloraya
Jumat, 2 Maret 2012 - 15:31 WIB

Warga Sragen Tewas BAKAR DIRI

Redaksi Solopos.com  /  Arif Fajar Setiadi  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - JIBI/SOLOPOS/Tri Rahayu BAKAR DIRI—Mulyono, 74, orangtua Paimin, 41 menunjukkan perapian tempat anak laki-lakinya melakukan aksi bakar diri di halaman rumahnya, di Dukuh Jumok RT 20, Sambirejo, Sragen, Jumat (2/3/2012).

JIBI/SOLOPOS/Tri Rahayu BAKAR DIRI—Mulyono, 74, orangtua Paimin, 41 menunjukkan perapian tempat anak laki-lakinya melakukan aksi bakar diri di halaman rumahnya, di Dukuh Jumok RT 20, Sambirejo, Sragen, Jumat (2/3/2012).

SRAGEN- Walah! Paimin, 41 warga Dukuh Jumok RT 20, Desa/Kecamatan Sambirejo, Sragen, nekat mengakhiri hidup dengan cara bakar diri di halaman rumahnya, Jumat (2/3/2012) sekitar pukul 08.30 WIB. Tindakan nekat itu dilakukan lantaran diduga korban menderita gangguan kejiwaan.

Advertisement

Percobaan bunuh diri itu sudah pernah dilakukan anak keempat dari delapan bersaudara beberapa waktu lalu. Namun tindakan Paimin bisa dihentikan ayahnya, Mulyono, 74. Korban beberapa kali minta uang saku kepada orangtuanya untuk ke Jakarta. Tapi korban tidak pernah sampai ke Jakarta.

Informasi yang dihimpun solopos.com di tempat kejadian perkara (TKP), peristiwa nahas itu bermula sekitar pukul 08.00 WIB, korban membeli dua liter bensin di warung milik Dayat di Dukuh Pondok, Sambirejo, sekitar 150 meter dari rumah korban.

Kemudian korban mengumpulkan kayu kering yang terdiri atas batang bambu kering dan batang kayu sengon di halaman rumah. Tumpukan kayu dikucuri bensin kemudian disulut api. Saat api membesar korban langsung memasukkan kepala dan tubuhnya ke kobaran api hingga akhirnya tewas terpanggang.

Advertisement

Mulyono mengaku menerima kabar kematian anaknya sekitar pukul 09.00 WIB saat masih bekerja di sawah. Menurut dia, korban menderita kelainan jiwa alias stres sejak masih kecil. Kendati mengalami depresi, terang dia, korban sempat lulus SD.

Tubuh korban mengalami luka bakar di bagian kepala, kedua tangan dan sebagian bahu. Bagian kaki korban masih utuh. Menurut dia, setelah pukul 07.00 WIB, lalu lalang di wilayah kampung ini sepi karena banyak yang bekerja di sawah.

“Saya juga dapat kabar sempat beli bensin untuk motor temannya. Tapi tidak tahunya malah untuk membakar diri. Saya sebenarnya tidak ingin jenazah dibawa polisi karena memang penyebabnya stres. Terus terang saya tak punya biaya. Tapi bila ditanggung polisi ya silakan bila mau diautopsi,” terangnya.

Advertisement

Setelah menerima laporan tim Polsek Sambirejo dan Polres Sragen segera mengevakuasi korban dibawa ke Laboratorium Forensik RSUD Dr Moewardi Solo untuk pelaksanaan autopsi sekitar pukul 10.30 WIB. Proses autopsi dimulai pukul 14.00 WIB dan paling lama membutuhkan waktu dua jam.

Kapolres Sragen, AKBP Susetio Cahyadi, melalui Kapolsek Smabirejo, AKP Haryanto, saat dimintai konfirmasi solopos.com, mengungkapkan korban yang memiliki hobi memancing itu merupakan satu-satunya anak Mulyono yang belum menikah. Saudaranya paling kecil meninggal dunia dan enam saudara lainnya sudah menikah.

“Kami menemukan korban dalam kondisi meninggal dunia dalam posisi menungging dekat perapian. Kami masih menunggu hasil autopsi sebelum diserahkan ke pihak keluarga,” pungkasnya. JIBI/SOLOPOS/Tri Rahayu

Advertisement
Kata Kunci : Bakar Diri Warga Sragen
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif