SOLOPOS.COM - dokter hewan dari DKP3 Sragen mengambil sampel tanah dengan mencangkul tanah di area kandang, tempat sapi mati, milik warga di Dukuh Toro Kidul, Desa Kacangan, Kecamatan Sumberlawang, Sragen, Rabu (30/8/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Sejumlah warga di Desa Kacangan, Sumberlawang, Sragen, memilih menjual sapi ternaknya setelah ada kasus kematian tujuh ekor sapi secara mendadak dalam dua pekan terakhir. Mereka khawatir sapi mereka bernasib serupa.

Namun masih ada warga yang bertahan tak menjual sapinya. Mereka memberikan pakan sapinya dengan daun pepaya dan gula jawa untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Sejumlah petugas dari Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DKP3) Sragen sudah diterjunkan ke Desa Kacangan, untuk mengambil sampel tanah dan melakukan pengobatan massal di tiga dukuh, Rabu (30/8/2023). Dipimpin dokter hewan Ana Margaretha, petugas dibagi menjadi tiga tim.

Ada tim yang melakukan pengobatan. Ada juga tim yang mengambil sampel tanah di kandang sapi yang mati kemudian disembelih. Pengambilan sampel tanah dilakukan drh Agus Toto pada kedalaman 5 cm, 10 cm, dan 15 cm. Sampel tanah akan dicek di Laboratorium Kesehatan Hewan di Solo. Sejauh ini belum diketahui apa penyebab kematian sapi-sapi tersebut.

Subkoordinator Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner DKP3 Sragen, Ana Margaretha, mengatakan pengobatan massal ternak dilakukan di areal sekeliling kasus kematian sapi. Yakni di wilayah Dukuh Toro Kidul, Dukuh Lemah Bedah, dan Dukuh Bonsari.

“Sebelumnya memang ada tujuh ekor sapi mati mendadak tanpa gejala. Kami belum mengetahui penyebabnya. Untuk diagnosanya masih menunggu hasil laboratorium. Selama ini di Sumberlawang belum ada penyakit hewan menular atau zoonosis. Dulu pernah ada penyakit mulut dan kuku (PMK), tetapi sudah lama,” jelas Ana.

Dari ciri-cirinya, ada dugaan kematian hewan itu disebabkan penyakit menular. Tetapi kepastiannya menunggu hasil laboratorium. Ana juga melakukan kegiatan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kepada warga pemilik ternak. Mereka diminta untuk menjaga kebersihan kandang, kesehatan ternak, dan segera melapor ke petugas terdekat jika ada sapi mati mendadak.

“Besok, kami juga keliling ke kecamatan-kecamatan di sekitar Sumberlawang untuk mengedukasi warga terkait dengan penyakit menular pada hewan. Dalam edukasi itu kami menggandeng penyuluh,” katanya.

Sempat Disembelih

Di antara sapi yang mati mendadak itu salah satunya milik Wagimin, 55, warga RT 005, Dukuh Toro Kidul. Sapi betinanya yang baru berumur dua tahun mati mendadak tanpa gejala dua pekan lalu.

“Saat itu saya sedang ke sawah. Istri yang biasa memberi minum sapi pagi dan sore tiba-tiba melihat sapi sudah tergeletak. Saat itu juga sapi disembelih dan dijual. Jadi belum mati 100%, kemudian disembelih. Masih laku Rp2 juta. Kalau hidup bisa laku Rp16 juta,” jelas Wagimin.

Sapi milik Wagimin bukanlah yang pertama yang mati mendadak. Sebelumnya sudah ada sapi tetangganya yang lebih dulu mati. Sehari berikutnya disusul sapi milik tetangganya yang lain yang mati. Total ada empat ekor sapi mati mendadak tanpa gejala. Kasus yang sama juga ada di Dukuh Lemah Bedah dan Dukuh Bonsari.

“Saat mati itu di mulutnya masih ada sisa makanan yang dikunyah. Kami tidak tahu penyebabnya. Sapi saya tinggal satu ekor yang indukan betina,” katanya.

Kejadian ini membuat sebagian warga menjual sapi mereka, termasuk kakaknya yang sebelumnya memiliki dua sapi. “Kalau ada bantuan atau semacam ganti rugi itu kami harapkan,” jelasnya.

Warga Toro Kidul lainnya, Sarwo Widodo, 64, berharap sapinya yang cuma satu ekor tidak ikutan mati mendadak. Dia sudah memberi daun pepaya dan gula jawa untuk menjaga daya tahan sapi dari penyakit. Resep itu didapatnya dari cerita orang-orang tua dulu. “Kalau ada daun pepayanya ya dikasih setiap hari. Selain itu juga dikasih gula jawa. Katanya kalau sapi sakit dikasih gula jawa,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya