SOLOPOS.COM - Sejumlah warga memikul keranda berisi jenasah salah satu korban tenggelam di WKO asal Kwangen, Gemolong, Sabtu (3/1/2014). (Kurniawan/JIBI/Solopos)

Warga tenggelam di Waduk Kedung Ombo (WKO) Sragen. Tiga warga Gemolong tewas saat mereka bermain perahu.

Solopos.com, SRAGEN — Tiga warga Dukuh Sendang Sampir RT 008 Kelurahan Kwangen, Gemolong, Sragen, tewas tenggelam di Waduk Kedung Ombo (WKO) tepatnya di Desa Kedungsono, Miri, Jumat (2/1/2014) sore.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Ketiga korban yaitu Antok permadi, 24; Mukiman, 26; Dwi Ambaretno, 20. Ketiga korban berjenis kelamin laki-laki.

Informasi yang dihimpun Solopos.com, mereka tenggelam seusai membeli ikan hasil tangkapan karamba di bagian tengah waduk dengan cara menyewa perahu milik nelayan.

Ketika itu korban datang bersama tiga teman mereka yang juga berasal dari RT 008 Kwangen, Gemolong. Tiga rekan mereka tersebut bernama Edy, Rigen, dan Nanang. Rigen adalah adik dari Antok Permadi.

Seusai membeli ikan, Nanang, Edy, Rigen, dan Mukiman, membersihkan bagian organ dalam ikan di tepi waduk. Sedangkan Antok dan Dwi bermain perahu kayu berukuran kecil yang biasanya hanya dinaiki satu orang.

Tak lama berselang, perahu yang mereka tumpangi oleng sehingga Antok dan Dwi terjatuh. Jarak titik jatuh korban dengen tepi waduk sekitar dua meter.

Mengetahui rekannya terjatuh, Mukiman langsung terjun ke waduk berusaha menolong. Namun dia malah ikut tenggelem diduga karena dipegangi oleh korban yang panik.

Dua korban yaitu Antok dan Mukiman ditemukan tak bernyawa sekitar pukul 16.00 WIB. Sedangkan korban Dwi Ambaretno ditemukan pukul 18.10 WIB, juga dalam kondisi tewas.

Ketua RT 008/RW 003 Kwangen, Wardoyo, ditemui wartawan di sela pemakaman, Sabtu (3/1), mengatakan saat ditemukan ketiga korban sudah tak bernyawa. Kali pertama ditemukan, jasad korban berada di dasar waduk. Kedalaman waduk diperkirakan lebih dari tiga meter.

“Pada pagi hari [Jumat] mereka berenam sudah membeli ikan dari Waduk. Tapi siang hari habis Salat Jumat mereka kembali lagi ke sana untuk beli ikan lagi. Mukiman yang memang bisa berenang bermaksud menolong Antok dan Dwi, tapi malah ikut tenggelam,” tutur dia.

Wardoyo mengatakan Dwi Ambaretno adalah siswa SMKN 1 Miri. Dia sedang dalam masa libur sekolah saat tewas tenggelam di waduk. Salah seorang guru SMKN 1 Miri, Jumintono, menuturkan Dwi Ambaretno adalah sosok yang baik.

Tak ada catatan pelanggaran atas nama Dwi di Bagian Bimbingan dan Konseling (Pembinaan) Sekolah.

Sementara sebelum dimakamkan, ketiga jenasah disalatkan secara bersamaan di Musala Arrohmi RT 008/RW 003 Kwangen. Puluhan keluarga dan tetangga memberikan penghormatan terakhir kepada para korban. Setelah itu jenasah para korban dimakamkan di TPU Mojoloyo. Isak tangis orang tua dan kerabat korban mengiringi prosesi pemakaman.

Camat Gemolong, Samsuri, saat ditemui wartawan di sela prosesi pemakaman, mengatakan pihaknya telah memberikan santunan uang duka cita (Sangduta) kepada masing-masing keluarga korban. Nilai santunan per keluarha korban yaitu Rp1 juta. “Semoga musibah ini yang terakhir terjadi,” harap dia.

Terpisah, Kapolres Sragen, AKBP Dwi Tunggal Jaladri, melalui Kapolsek Miri, AKP Abdul Halik, saat dihubungi Espos menyatakan ketiga korban tewas dalam sebuah kecelakaan.

Polisi tidak menemukan indikasi mencurigakan di lokasi kejadian. Dia menjelaskan korban Antok dan Dwi terjatuh ke waduk saat bercanda menggunakan perahu kecil. Korban Mukiman tewas tenggelam saat bermaksud menolong mereka.

Jarak titik jatuh Antok dan Dwi dengan tepi waduk sekitar dua meter. Tapi kedalaman air diperkirakan mencapai 10 meter. “Kejadian ini murni musibah kecelakaan. Tak ada indikasi mencurigakan di lapangan,” tegas Kapolsek.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya