Soloraya
Minggu, 6 September 2015 - 19:15 WIB

Warga Wonogiri Diminta Perangi LSM dan Wartawan Abal-Abal

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - (Menghadap lensa dari kiri ke kanan), Ketua LSM Aliansi Muda Peduli Bangsa (Ampersa) Solo, Bambang Santoso, Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Wonogiri, Sulardi dan pegawai Dirjen Kementerian Politik dan Pemerintahan Umum, Rusmanen Manurung berbicara di forum seminar sehari di pendapa Kantor Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri, Sabtu (5/9/2015). (Trianto Hery Suryono/JIBI/Solopos)

Warga Wonogiri diimbau memerangi LSM dan wartawan abal-abal karena merugikan.

Solopos.com, WONOGIRI – Masyarakat serta pemangku jabatan di Wonogiri diminta memerangi oknum lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan wartawan abal-abal di daerahnya.

Advertisement

Sebeb jika dibiarkan, perilaku LSM dan wartawan abal-abal akan merusak sendi-sendiri NKRI dan mengikis rasa cinta pada tanah air.

Penegasan itu disampaikan Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik (Kerbangpol) Wonogiri, Sulardi di acara seminar sehari bertajuk Wawasan Kebangsaan di pendapa Kantor Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri, Sabtu (5/9/2015).

Selain Sulardi, pembicara pada seminar itu, DT Siswadi, dosen Universitas Surakarta, Solo dan Ketua LSM Aliansi Muda Peduli Bangsa (Ampersa) Solo, Bambang Santoso.

Advertisement

“Tak setiap organisasi masyarakat (ormas) mengadakan kegiatan bersama masyarakat. Banyak ormas, LSM dan wartawan abal-abal. Biasanya abal-abal itu merambah ke desa-desa dan sekolah. Mohon perangkat desa, guru dan semua elemen masyarakat memerangi abal-abal tersebut. Abal-abal mencari kejelekan, kesalahan tetapi tidak menyampaikan solusi,” tandas Sulardi.

Tanpa menyebutkan jumlah pasti ormas, LSM dan wartawan abal-abal, mantan Kasi Pemerintahan Desa Kecamatan Selogiri ini mengatakan, mereka selalu memberikan informasi negatif dan mengaku-aku sebagai intelijen korupsi dan sebagainya.

Dicontohkannya, jika ada seorang warga sulit mengurus Kartu Tanda Penduduk (KTP) maka didampingi dan ditunjukkan jalurnya.

Advertisement

“Bukan bertindak sebagai intelijen dan mengaku-aku dari [pemberantas] tipikor. Kesbangpol merekomendasikan kepada semua pemangku di Wonogiri jangan menanggapi abal-abal. Apalagi tahun depan dana desa semakin besar sehingga menjadi incaran bagi abal-abal. Siapkan regulasi,” jelasnya.

Ketua LSM Ampersa Solo, Bambang, menjelaskan salah satu indikator menurunnya rasa cinta tanah air kurangnya perhatian pada produk dalam negeri.

“Kami prihatin, kenapa banyak warga Indonesia yang senang menjadi kurir narkoba di negerinya sendiri. Padahal narkoba merusak sendi-sendiri persatuan dan kesatuan karena berdampak pada tindakan kriminalitas,” kata dia.

Dosen Unsa, Solo, Siswadi menegaskan, jarkoni yakni mudah mengucapkan tetapi sulit menjalani. “Pemimpin bangsa itu jangan hanya pandai berslogan Cintai Produk Dalam Negeri tetapi mengimpor barang yang bisa diproduksi WNI. Daging sapi di Indonesia masih cukup, mobil bisa diproduksi WNI tetapi semua masih impor. Masih slogan. Kecintaan terhadap NKRI kurang,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif