SOLOPOS.COM - Ilustrasi (www.primaironline.com)

Kepala sekolah di Sragen dipusingkan oleh ulah wartawan dan LSM abal-abal.

Solopos.com, SRAGEN — Kalangan kepala sekolah di Kabupaten Sragen dipusingkan dengan munculnya sekelompok orang yang mengaku sebagai wartawan sekaligus aktivis dari lembaga swadaya masyarakat (LSM). Tamu tidak diundang itu bermaksud mencari-cari kesalahan dari manajemen sekolah yang ujung-ujungnya ingin meminta uang.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

“Ada yang mempersoalkan masalah pembelian seragam sekolah. Ada yang mempersoalkan pembangunan fisik hingga bantuan sekolah lainnya. Mereka mendatangi sekolah-sekolah yang baru saja mendapat proyek pembangunan kelas atau bantuan peralatan penunjang kegiatan belajar mengajar. Mereka mencari kesalahan di sana-sini yang ujung-ujungnya ingin meminta uang,” kata juru bicara Forum Komunikasi Kepala SMK Swasta (FKKS) Sragen, Noer Muhammad, kala berbincang dengan Solopos.com di Sragen, Jumat (16/9/2016).

Meski mengaku sebagai wartawan, kata Noer, mereka tidak bermaksud wawancara untuk membuat sebuah berita. Mereka justru terkesan mencari-cari kesalahan untuk memojokkan setiap kepala sekolah yang didatangi. Mereka juga mengancam akan membawa kepala sekolah tersebut ke jalur hukum karena dituding menyalahgunakan jabatannya untuk meraih keuntungan pribadi.

”Dalam kondisi terpojok itu, biasanya mereka diberi uang supaya segera pergi dari sekolah. Namun, beberapa hari kemudian, teman-teman mereka menyusul datang ke sekolah untuk keperluan yang sama,” terang Noer Muhammad.

Salah seorang kepala SMK swasta di Gemolong yang keberatan disebutkan namanya mengaku jenuh dengan ulah sekelompok orang yang mengaku wartawan sekaligus aktivis LSM itu. Mereka mengaku wartawan dari majalah atau surat kabar belum pernah didengarnya. Selain mengaku wartawan, mereka juga mengaku sebagai aktivis LSM. Nama media massa dan LSM itu mencatut beberapa lembaga negara seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Polri, dan lain-lain.

”Saya itu malah belum pernah didatangi wartawan sungguhan yang hanya ingin mencari data untuk keperluan berita. Semua wartawan yang datang ke kantor saya itu abal-abal. Mereka hanya mengaku wartawan, tapi sebetulnya punya maksud lain yakni meminta uang,” ungkapnya.

Wartawan dan aktivis LSM abal-abal itu, kata dia, biasa datang berkelompok. Terkadang mereka datang sendiri, namun beberapa hari kemudian muncul teman-temannya. ”Orang yang datang pertama itu seolah-olah memberi kabar kepada teman-temannya bahwa kemarin saya datang ke sekolah ini dan dapat uang segini. Dia lalu meminta temannya datang ke sekolah itu untuk melakukan hal yang sama,” paparnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya