Soloraya
Kamis, 21 September 2023 - 14:49 WIB

Warung Unik Nasi Tiwul Mbok Sembleng Wonogiri, Suasananya Khas Perdesaan Banget

Tim Solopos  /  Fadila Alfiani Arifin  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warung Thiwul Mbok Sembleng di Giriwoyo, Wonogiri, Sabtu (8/2/2020) malam. (Solopos/M/ Aris Munandar)Warung Thiwul Mbok Sembleng di Giriwoyo, Wonogiri, Sabtu (8/2/2020) malam. (Solopos/M/ Aris Munandar)

Solopos.com, WONOGIRI — Tiwul sebagai pengganti nasi saat ini mungkin sudah sulit ditemui, tapi di Wonogiri ada satu warung yang selama 30 tahun terakhir konsisten menyediakan kuliner tradisional tersebut.

Warung tersebut bernama Warung Nasi Tiwul Mbok Sembleng yang berlokasi di Dusun Saratan RT 003/RW 005, Desa Sejati, Giriwoyo, Wonogiri.

Advertisement

Tiwul yang terbuat dari olahan singkong, tepatnya komposisi utamanya yakni tepung gaplek, tepung yang berasal dari singkong yang dikeringkan kemudian ditumbuk.

Dilansir kemenkeu.go.id, tiwul memiliki kandungan karbohidrat dan nutrisi yang tidak kalah dibandingkan nasi putih yaitu vitamin C, kalsium, zat besi, protein, dan fosfor.

Advertisement

Dilansir kemenkeu.go.id, tiwul memiliki kandungan karbohidrat dan nutrisi yang tidak kalah dibandingkan nasi putih yaitu vitamin C, kalsium, zat besi, protein, dan fosfor.

Selain itu, tiwul juga diperkaya dengan vitamin B kompleks yang baik untuk mengatasi penyakit anemia. Nasi tiwul banyak dijumpai di daerah Wonogiri, Pacitan, Gunung Kidul, dan sekitarnya.

Di Wonogiri, warga bisa mendapatkan nasi tiwul di Warung Nasi Tiwul Mbok Sembleng yang berlokasi di Saratan, Sejati, Giriwoyo, Wonogiri. Warung ini berada di tengah-tengah kampung dengan jarak dari jalan raya Giritontro-Giriwoyo (Jalur Lintas Selatan) sejauh 700 meter.

Advertisement

Satu hal yang unik dari warung ini adalah tidak buka setiap hari melainkan hanya pada malam pasaran Pon dan Kliwon. Warung tersebut buka mulai pukul 17.00 WIB hingga 23.00 WIB. Meski begitu, peminat warung ini tak pernah surut.

Dilansir video yang diunggah akun Tiktok @rekomendasiadia, harga seporsi nasi tiwul di warung ini mulai dari Rp35.000 sampai Rp40.000. Satu porsi nasi tiwul itu meliputi sebakul nasi tiwul, sambal bawang, ikan cuwik, trancam, lalapan, dan sayur terung.

Selain itu, di warung Mbok Sembleng ini juga tersedia aneka macam gorengan lezat. Keunikan lainnya, pengunjung dapat melihat langsung proses pembuatan makanan di warung ini karena Warung Mbok Sembleng menerapkan open kitchen.

Advertisement

Kental Nuansa Perdesaan

Cara memasak makanan di warung ini masih tradisional, menggunakan kayu bakar serta tungku pawon. Warung ini dimiliki Tukimin yang menggunakan rumahnya sendiri sebagai lokasi berjualan sehingga pengunjung dapat merasakan suasana yang begitu kental dengan suasana perdesaan khas Wonogiri.

Diwawancarai Solopos.com pada Februari 2020 lalu, Tukimin mengungkapkan awalnya warung itu milik orang tuanya yang berjualan gorengan. Kemudian pada 1991, ia mulai menambahkan menu nasi tiwul.

Sejak awal, Warung Nasi Tiwul Mbok Sembleng menempati rumah tersebut yang berada di perkampungan dengan jarak kurang lebih 2,5 km dari kantor Kecamatan Giriwoyo dan sekitar 700 meter masuk kampung dari Jalur Lingkar Selatan (JLS) penghubung Jogja-Wonogiri-Pacitan.

Advertisement

Rumah yang ia gunakan untuk berjualan masih terbuat dari kayu. Lantainya dari batu ubin yang terbuat dari tanah.

Meskipun jauh dari keramaian dan desain warungnya masih tradisional, animo pembeli tinggi. Bahkan, kebanyakan pembeli yang datang bermobil.

“Pembelinya datang dari berbagai luar daerah biasanya, ada yang dari Pacitan, Sragen, Solo, Yogyakarta, dan lain-lain,” kata Tukimin.

Mengenai alasannya hanya buka warung pada malam Pon dan Kliwon, Tukimin mengatakan tidak ada alasan khusus. Hanya, Tukimin mengatakan rumahnya berada cukup jauh dari jalan raya sehingga ia khawatir kalau buka setiap hari tidak akan laku.

Ada pun nama warung Mbok Sembleng, menurut cerita Tukimin, berasal dari nama ibunya. “Tiwul ini kan makanan khas Wonogiri, saya ingin menghidupkan kembali makanan tersebut. Pada saat itu sudah tidak ada warung yang menjual tiwul, akhirnya pada 1991 saya memulai membuat tiwul,” kata Tukimin.

Bagi Tukimin, bisa mempertahankan usaha selama 30 tahun ini merupakan buah dari kesabaran dan keuletan serta mempertahankan kualitas tiwul itu sendiri.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif