SOLOPOS.COM - Ilustrasi penyakit campak. (Freepik.com)

Solopos.com, BOYOLALI — Sebanyak 20 suspek penyakit campak atau Rubella terdeteksi di Boyolali pada Januari 2023 ini. Dengan adanya penemuan suspek tersebut, Boyolali menjadi daerah Kejadian Luar Biasa (KLB) Campak.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali, Puji Astuti, mengungkapkan status KLB ditetapkan karena semula campak dinyatakan sudah tidak ada. Puji mengungkapkan ditemukan 20 suspek campak pada Januari 2023.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

“Dulu sempat nol kasus, mulai muncul karena ndilalah dua tahun pada masa pandemi itu memang imunisasi dasar agak terabaikan karena semua konsentrasi pada pemberantasan untuk Covid-19,” ungkapnya saat berbincang dengan Solopos.com, Selasa (24/1/2023).

Selain itu, ia juga mengungkapkan selama dua tahun pandemi, masyarakat juga takut untuk datang ke pelayanan kesehatan. Sehingga kegiatan seperti posyandu yang melibatkan masyarakat sempat dihentikan.

Puji juga mengungkapkan distribusi vaksin untuk imunisasi dasar lengkap sempat kosong pada 2020, termasuk imunisasi DPT polio. Lebih lanjut, ia mengungkapkan suspek penyakit campak di Boyolali mulai terdeteksi sejak 2021.

Pada saat itu, ungkap dia, ada dua anak suspek campak. Akan tetapi, hasilnya negatif. “Pada 2022, penemuan suspek kategori semua anak di bawah 13 tahun, ada sembilan anak. Perincian empat positif, lima masih menunggu hasil laboratorium,” ujar dia.

Kemudian, pada 2023 data hingga 19 Januari terdapat 20 suspek campak dan semuanya masih menunggu hasil uji laboratorium. Puji mengungkapkan berdasarkan tempat di Puskesmas Tamansari menemukan satu suspek domisili Klaten.

Perincian Data Temuan Kasus Campak

Lalu di Puskesmas Musuk, Ampel, Boyolali I, dan Boyolali II terdapat satu penemuan suspek. Puskesmas Nogosari terdapat dua penemuan suspek campak. Puskesmas Simo ada lima suspek campak.

Puskesmas Wonosegoro terdapat satu suspek. Puskesmas Andong terdapat dua penemuan dengan salah satu suspek dari Klego. Lalu, RS PKU ‘Aisyiyah ada tiga suspek campak. RSUD Pandan Arang terdapat satu suspek.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Sukoharjo juga melaporkan satu suspek penyakit campak beralamat Banyudono, Boyolali. Kemudian, berdasarkan jenis kelamin, laki-laki suspek campak ada tujuh orang dan perempuan 13 orang.

Berdasarkan kategori umur di bawah satu tahun ada tiga orang, usia 1-6 ada 10 orang, 7-12 tahun dua orang, 19-30 tahun ada tiga orang. Usia 31-45 tahun ada dua orang.

“Artinya signifikan sekali dengan tahun 2020 kami tidak ada vaksinasi [campak], mulai muncul gejala kan 2022-2023 ini,” ujarnya.

Lebih lanjut, Puji mengungkapkan begitu ada suspek penyakit campak, Dinkes Boyolali langsung melakukan Penyelidikan Epidemiologi (PE) seperti pengambilan sampel suspek dan perawatan bagi suspek campak.

Ia juga mengungkapkan pasien campak dapat sembuh. Ciri campak hampir sama dengan penyakit gabagen, yaitu ruam merah di sekujur tubuh serta ada juga gatal dan panas.

Daya Tahan Tubuh

Menurut Puji, gejala campak dan gabagen hampir mirip sehingga perlu dilakukan pemeriksaan untuk memastikannya campak atau gabagen. “Saat ini kami mulai ada program Kejar Vaksin, semua vaksin. Ini mulai berproses,” ujar dia.

Puji mengungkapkan penyakit campak disebabkan virus Paramyxovirus yang dapat ditularkan melalui percikan air liur penderita. Sehingga, ia meminta masyarakat untuk melaksanakan protokol kesehatan dalam mencegah penyebaran penyakit campak.

“Selain prokes, jangan lupa untuk meningkatkan daya tahan tubuh karena imunitas yang melemah dapat membuat orang mudah terkena penyakit,” ujar dia.

Sementara itu, cakupan Imunisasi Measles Rubella (MR) di Kabupaten Boyolali berdasarkan data Dinkes pada 2021 sebesar 94,1 persen dan pada 2022 terdapat 105,5 persen.

Sebelumnya diberitakan, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah mencatat ada temuan sekitar 1.735 kasus orang dengan gejala klinis campak sepanjang 2022. Meski demikian, dari ribuan gejala itu hanya sekitar 160 kasus yang benar-benar positif campak.

Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Jateng, Rahmah Nur Hayati, mengatakan angka tersebut hasil temuan di 35 kabupaten/kota.

“Bila ditarik ke target provinsi hitunganya juga tercapai. Jadi dari 1.700-an lebih yang ditemukan gejala mirip campak itu, setelah diambil sampelnya, hanya 160 orang yang positif campak rubella dan itu rata di semua kelompok umur,” ujarnya kepada Solopos.com, Jumat (20/1/2023).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya