SOLOPOS.COM - Warga lereng Merapi, Dukuh Gondang, Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Klaten, menanam sayuran di lahan miliknya, Minggu (12/3/2023). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Warga Klaten yang tinggal di lereng Gunung Merapi, khususnya di kawasan rawan bencana (KRB) III beraktivitas seperti biasa meski gunung tersebut kembali mengalami erupsi, Sabtu-Minggu (11-12/3/2023). Meski tenang, warga tak menyepelekan potensi bahaya erupsi.

Warga tetap melakukan kesiapsiagaan jika sewaktu-waktu potensi bahaya mengarah ke wilayah perkampungan mereka. Warga mengikuti perkembangan aktivitas Gunung Merapi yang disampaikan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Geologi (BPPTKG).

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Mereka juga melakukan kesiapsiagaan secara mandiri dengan secara rutin mengamati gunung ketika beraktivitas. Satu hal yang tak dilupakan warga adalah menyiapkan tas siaga bencana.

Ketua RT 027/RW 009, Dukuh Deles, Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang, Klate, Supadi, 50, mengatakan aktivitas warga masih seperti biasa meski Merapi mengalami erupsi pada Sabtu-Minggu. Mereka tetap mencari rumput untuk pakan ternak serta berkebun.

Meski demikian, Supadi menjelaskan warga di kampungnya tetap siap siaga jika sewaktu-waktu terjadi potensi bahaya. Ketika beraktivitas, warga secara berkala mengamati kondisi puncak Merapi.

Ketika terjadi erupsi, warga segera mengamati arah guguran. Jika mengarah ke wilayah tempat tinggal mereka, warga bersiap-siap melakukan evakuasi secara mandiri. Supadi mengatakan warga juga mematuhi rekomendasi radius bahaya erupsi dari BPPTKG serta menjauhi daerah-daerah lereng atau tepi sungai.

“Bukannya nggampangke dengan kondisi Merapi. Tetapi kami tetap siaga dan terus memantau situasi. Ronda juga terus dilakukan untuk mengamati aktivitas Merapi.”

Kesiapan lainnya yakni tas siaga bencana. Masing-masing warga memasukkan barang serta surat berharga milik mereka dalam satu tas agar sewaktu-waktu mudah dibawa ketika harus melakukan evakuasi. Hal itu sudah dilakukan warga lereng Merapi wilayah Klaten pasacaerupsi tahun 2010 silam.

“Bukannya nggampangke dengan kondisi Merapi. Tetapi kami tetap siaga dan terus memantau situasi. Ronda juga terus dilakukan untuk mengamati aktivitas Merapi,” kata Supadi saat ditemui Solopos.com di wilayah Deles, Minggu (12/3/2023).

Program Tabungan Siaga Bencana

Warga Deles sekaligus sukarelawan di Desa Sidorejo, Sukiman, menjelaskan sejak status Merapi masuk level siaga, guguran kerap terjadi di puncak gunung tersebut. Selama ini, arah guguran cenderung ke barat daya atau tidak mengarah ke wilayah Klaten.

Meski santai, Sukiman menjelaskan warga melakukan kesiapsiagaan. “Kalau kesiapsiagaan dan sebagainya warga tetap siap siaga menyesuaikan kondisi status Merapi. Menyiapkan benda berharap dan sebagainya dalam satu tas. Warga secara rutin memantau dan saling mengabarkan,” kata dia.

“Ketika ada aktivitas barang kali dampak abunya mengarah ke wilayah sini, warga bisa segera menutup bak penampungan air. Mengabarkan kondisi warga di sini kepada anggota keluarga mereka di luar kota agar tidak panik, dan sebagainya,” imbuhnya.

Kesiapsiagaan sudah dilakukan warga di wilayah KRB III sejak lama. Sebelum aktivitas Merapi berada pada level siaga per 5 November 2020, warga di wilayah Deles secara rutin menggulirkan program tabungan siaga bencana.

Selain itu, data ternak, penduduk, kondisi warga, serta armada terus diperbarui untuk memudahkan mereka melakukan evakuasi mandiri. Warga Dukuh Gondang, Desa Balerante, Kemalang, Klaten, Nyarti, 47, juga mengatakan meski khawatir terjadi erupsi, dia tetap berusaha tenang.

“Yang penting tetap waspada. Ketika ada aktivitas di Merapi, dilihat dulu situasi bahayanya. Ketika mengarah ke sini, segera melakukan evakuasi,” kata Nyarti.

Nyarti menjelaskan pascaerupsi Merapi 2010, dia sudah menyiapkan tas siaga bencana berisi surat serta barang berharga. Jika sewaktu-waktu terjadi ancaman bahaya dan harus melakukan evakuasi, tas tersebut bisa segera dibawa pergi.

Pada erupsi 2010 lalu, Nyarti mengatakan rumahnya di Dukuh Ngipiksari, Desa Balerante, Kemalang, Klaten, rusak. Nyarti beserta keluarga kemudian pindah ke wilayah Dukuh Gondang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya