SOLOPOS.COM - Warga melintas di jalan depan SDN 2 Plosowangi, Cawas, Klaten, yang tergenang banjir luapan Sungai Dengkeng, Jumat (3/2/2023). (Istimewa/Polsek Cawas)

Solopos.com, KLATEN — Puluhan lokasi tanggul di sepanjang Sungai Dengkeng Klaten kondisinya kritis atau rawan jebol. Tanggul kritis itu tersebar dari wilayah hulu di Kecamatan Gantiwarno hingga wilayah Juwiring.

Kepala Bidang Sumber Daya Air (SDA) Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang atau DPUPR Klaten, Harjaka, mengatakan tanggul yang kritis itu berupa tanggul tanah. Dia mencontohkan salah satu tanggul yang kritis dan sangat berisiko jebol berada di Desa Kadilanggon, Kecamatan Wedi.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

“Tanggul yang kritis di Dengkeng banyak sekali. Kalau 20 titik ada mulai dari Gantiwarno sampai Serenan [Juwiring]. Itu berupa tanggul tanah. Yang sangat berisiko itu tanggul kritis di Kadilanggon,” jelas Harjaka kepada Solopos.com, Minggu (19/2/2023).

Untuk mengantisipasi jebolnya tanggul Sungai Dengkeng yang kritis tersebut, Harjaka menjelaskan DPUPR Klaten berkoordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo. Selain itu, DPUPR menyiapkan beronjong kawat serta karung plastik untuk diisi batu atau tanah guna memperkuat tanggul.

Terkait banjir akibat luapan sungai yang terjadi di beberapa wilayah pekan lalu, Harjaka mengatakan penyebabnya limpasan sungai. Selain itu ada satu lokasi tanggul jebol di wilayah Desa Melikan, Kecamatan Wedi.

Selain faktor tingginya debit air karena curah hujan tinggi, luapan juga disebabkan adanya pintu air rusak. “Pintu klep di Sungai Bengawan Solo ada yang keropos, sehingga ketika debit naik airnya masuk ke sawah. Kemarin saya sarankan ke desa untuk laporan ke BBWSBS dan nanti dari kami akan menindaklanjuti laporan ke BBWSBS,” jelas dia.

Camat Bayat, Joko Purwanto, menjelaskan sejumlah wilayah Bayat yang berada di sepanjang alur Sungai Dengkeng Klaten menjadi daerah langganan banjir ketika musim hujan tiba. Meningkatnya debit air di Sungai Dengkeng membuat aliran air dari anak sungai Dengkeng dan saluran lainnya tak bisa tertampung di sungai tersebut.

Alhasil, air melimpas ke permukiman hingga persawahan. Joko berharap ada normalisasi Sungai Dengkeng yang mengalami pendangkalan akibat sedimentasi. Ketika sedimen sudah dikeruk, Sungai Dengkeng bisa menampung lebih banyak air dari anak-anak sungainya.

Selain itu, dia berharap ada pelurusan alur Sungai Dengkeng karena kondisi alur sungai tersebut berkelok-kelok dan berisiko merusak tanggul yang berdampak pada luapan air ke persawahan hingga permukiman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya