Soloraya
Sabtu, 29 September 2012 - 15:42 WIB

Waspadai, Dampak Jangka Panjang Kekerasan pada Anak

Redaksi Solopos.com  /  Tutut Indrawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Psikiater dari RSU dr Sutomo, Nalini Muhdi Agung menjadi pembicara dalam seminar bertajuk “Ancaman Depresi Akibat KDRT” di Aula RSJD Soedjarwadi Klaten, Sabtu (29/9/2012). (Moh Khodiq Duhri/JIBI/SOLOPOS)

Psikiater dari RSU dr Sutomo, Nalini Muhdi Agung menjadi pembicara dalam seminar bertajuk “Ancaman Depresi Akibat KDRT” di Aula RSJD Soedjarwadi Klaten, Sabtu (29/9/2012). (Moh Khodiq Duhri/JIBI/SOLOPOS)

KLATEN—Psikiater dari RSU dr Sutomo, Nalini Muhdi Agung meminta kalangan orangtua mewaspadai dampak jangka panjang dari kekerasan terhadap anak.

Advertisement

Hal itu disampaikan Nalini dalam seminar bertajuk Ancaman Depresi Akibat KDRT di Aula RSJD Soedjarwadi Klaten, Sabtu (29/9/2012).

Dalam kesempatan itu, Nalini menjelaskan dampak jangka panjang dari kekerasan terhadap anak tergantung dari usia anak, tipe kekerasan, frekuensi kekerasan, hubungan dengan pelaku, dan lain-lain.

Menurutnya beberapa dampak jangka panjang bagi anak korban kekerasan antara lain kesulitan menjalin relasi yang sehat, problem akademis, berperilaku menyimpang seperti seks bebas, menyalahgunakan narkoba, pergaulan bebas dan lain-lain.

Advertisement

“Gejala yang muncul setelah seorang anak menjadi korban kekerasan adalah depresi yang ditandai sedih, murung, sulit tidur, cepat marah atau tersinggung, putus asa, bingung, gelisah atau cemas, menarik diri dari pergaulan, semangat menurun, takut pada sesuatu, dan lain sebagainya,” ujar Nalini.

Nalini menyarankan agar teman atau keluarga mengajak anak yang mengalami gejala depresi ke psikiater atau ke pusat penanganan terpadu kekerasan pada perempuan dan anak.  Pembicara lain dari RSJD Soedjarwadi Klaten, dr Anis Sukandar, mengatakan pengobatan psikoterapi bisa digunakan untuk menghilangkan keluhan dan mencegah kambuhnya gangguan psikologis.

Menurutnya jika tidak tertangani, depresi bisa menjadi pemicu munculnya penyakit lain seperti kanker, diabetes, stroke, serangan jantung, dan lain-lain. “WHO [World Health Organization] telah memprediksi depresi akan menjadi masalah kesehatan utama pada 2020 mendatang,” ujarnya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif