SOLOPOS.COM - Ilustrasi nyamuk penyebar DBD (JIBI/dok)

Solopos.com, SOLO–Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Solo menyebutkan terdapat 12 kasus demam berdarah, yang meliputi 11 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) dan satu Demam Shock Syndrome (DSS) sampai pada pekan ke enam 2023.

Kabid Pelayanan Kesehatan (Yankes) Dinkes Kota Solo, Tenny Setyoharini, mengungkapkan jumlah kasus DBD paling banyak terjadi di Kecamatan Banjarsari, dengan lima kasus. Kecamatan Laweyan di bawahnya terindikasi empat kasus, dan Kecamatan Jebres terindikasi tiga kasus. Sementara lainnya nol kasus.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Dari kasus tersebut, terdapat satu kasus kematian yang disebabkan oleh DSS. Hal itu diungkapkan Tenny kepada Solopos.com saat dihubungi lewat WhatsApp, Rabu (15/2/2023).

Menyikapi musim penghujan yang masih terjadi saat ini, kata Tenny, masyarakat Kota Solo dihimbau agar selalu waspada dengan kondisi kesehatan lingkungan nya.

“Pastikan tidak ada jentik nyamuk di lingkungan rumah masing-masing. Dengan cara G1R1J, Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik. Ada satu anggota keluarga yang menjadi juru pemantau jentik di rumah masing-masing,” jelas dia.

Tenny menjelaskan gerakan tersebut juga dilakukan dengan memeriksa tempat tempat penampungan air untuk mengecek keberadaan jentik. Melakukan pembersihan tandon air satu pekan dua kali, kata Tenny, agar tidak ada jentik nyamuk.

“Periksa juga tempat tempat yang ada tampungan air seperti dispenser, tempat minum binatang, lingkungan luar rumah pastikan tidak ada barang bekas yang dapat menampung air hujan, walaupun sedikit tapi bisa menjadi tempat bertelur nyamuk,” jelas dia.

Tenny menjelaskan untuk tandon air yang sulit dibersihkan, dapat diberikan bubuk Abate. Masyarakat bisa minta ke Puskesmas dan akan diberikan secara gratis.

Masyarakat bisa menerapkan Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di kampung- kampung. Kemudian, membersihkan lingkungan secara rutin bersama sama.

“PSN dengan 3M Plus, yakni Menguras, Menutup, Mendaur ulang barang bekas, Memelihara ikan di tampungan air, Memakai kelambu, Menanam tanaman yang tidak disukai nyamuk, dan lain-lain,” papar dia.

Menurut Tenny, fogging bukan solusi yang baik untuk mengendalikan DBD. Yang paling baik adalah PSN secara rutin. Fogging diperlukan jika memang terbukti dalam suatu wilayah dinyatakan sebagai daerah penularan DBD dengan kriteria tertentu.

Jadi, kata Tenny, tidak direkomendasikan dilakukan fogging jika tidak sesuai kriteria. Karena dampak yang tidak diinginkan mungkin timbul di kemudian hari.

“Seperti nyamuk kebal terhadap obat fogging jika cara fogging tidak sesuai ketentuan,” kata dia.

Tenny mengatakan residu yang dapat menimbulkan berbagai macam penyakit karena tidak dibersihkan setelah dilakukan fogging.

Tenny juga mengimbau agar masyarakat bisa mengenali gejala Demam Berdarah Dengue, meliputi panas, mual , muntah, badan lemes, ada bintik bintik merah pada kulit hingga mimisan.

“Minum air yang banyak dan segera periksakan ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan,” jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya