SOLOPOS.COM - Ilustrasi batuk. (Freepik)

Solopos.com, SOLO — Masyarakat untuk tidak abai terhadap tuberculosis atau TB. Hal terpenting yang harus diperhatikan adalah jangan ragu atau takut berobat untuk segera mengetahui kondisi kesehatan badan dan bisa segera tertangani ketika terpapar TB.

Hal tersebut disampaikan dokter spesialis paru Rumah Sakit (RS) Kasih Ibu Solo, Novita Tjahyaningsih, pada Hari TB Sedunia, Kamis (24/3/2022). Dia mengatakan masa pandemi seperti saat ini menjadi tantangan tersendiri untuk penanganan TB.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

“Sebenarnya penangan TB tetap sama [di masa pandemi], tidak ada perubahan. Pandemi tidak pandemi penanganan TB tetap sama. Hanya, kasusnya yang saat ini [meski sekarang sudah kembali seperti dulu] terlebih waktu awal pandemi Covid-19, kasus sempat turun,” kata dia.

Baca Juga: Benarkah Angin Malam Sebabkan Paru-Paru Basah?

Turunnya kasus tersebut dimungkinkan karena masyarakat yang mengalami gejala, takut untuk berobat ke rumah sakit.

“Jadi kalau ada keluhan, mereka takut datang ke rumah sakit. Mungkin takut tertular Covid-19, atau takut kalau diperiksa ternyata Covid-19, kemudian nanti diisolasi dan sebagainya, banyak yang seperti itu,” lanjut dia.

Di sisi lain dia mengatakan untuk mengetahui kesuksesan penanganan TB, adalah dengan melihat angka penemuan kasus. Ketika kasus turun, dan angka penemuan kasusnya memang sudah turun, artinya visi misi eliminasi TB sudah tercapai. Tapi jika kasus turun karena masyarakat takut berobat, itu lain soal.

Untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam mendukung penanganan TB, saat ini terus dilakukan edukasi. Termasuk apa yang harus dilakukan ketika dalam satu keluarga, ada satu anggota keluarga mengalami gejala.

Baca Juga: Kenali Penyakit Infeksi Liver dan Paru Seperti Diidap Ameer Azzikra

“Edukasi tetap dilakukan. Ketika kami mengobati satu orang, kita juga harus tahu yang di dalam satu rumah itu siapa saja. Terutama jika ada anak-anak umur 5 tahun ke bawah karena lebih rentan tertular. Kami lakukan yang namanya investigasi kontak tersebut, kita lakukan tracking,” jelas dia.

Jika ada anggota keluarga lain yang tertular, segera dilakukan pengobatan. Tapi kalau belum tertular dapat dilakukan terapi pencegahan. Dalam melakukan pengobatan, pasien pun diharapkan patuh dengan anjuran yang harus dijalankan.

Edukasi lain misalnya mengenai etika batuk, kebiasaan cuci tangan, pemakaian masker dan sebagainya. Selain menjadi tantangan, pandemi Covid-19 saat ini ternyata juga memberikan dampak positif. Sebab sekarang orang sudah terbiasa dengan memakai masker, mencuci tangan, memperhatikan etika batuk dan sebagainya.

Baca Juga: Waduh, Penderita Tuberculosis di Jogja Tembus 3.000 Orang

“Sekarang sudah lumayan, pakai masker bukan hal aneh lagi. Kalau dulu susah sekali mengarahkan. Etika batuk sekarang juga mengerti. Cuci tangan juga sudah berjalan,” kata dia.

Dia menjelaskan beberapa gejala yang harus diwaspadai berkaitan dengan TB, khususnya TB paru. Pertama munculnya batuk yang tidak sembuh-sembuh hingga dua pekan, kemudian demam atau meriang terutama sore hari. Berat badan yang turun dan nafsu makan turun juga harus diwaspadai.

Berdasarkan data yang ada, jumlah penderita TB di seluruh dunia para 2021 sebanyak 9.900.000 kasus. Sedangkan di Indonesia, jumlah kasus mencapai 824.000 kasus atau terbanyak ketiga di dunia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya