SOLOPOS.COM - Wakil Wali Kota Solo Teguh Prakosa (mengenakan pakaian dominan putih) bersama 400 balita berkunjung di Solo Safari, Kecamatan Jebres, Solo, Selasa (21/2/2023). (Istimewa/Pemkot Solo)

Solopos.com, SOLO–Wakil Wali Kota Solo Teguh Prakosa mengajak 400 anak balita keluarga berisiko stunting mengenal koleksi satwa di Solo Safari, Kecamatan Jebres, Solo, Selasa (21/2/2023).

Para peserta merupakan anak-anak dari Kecamatan Banjarsari dan Kecamatan Jebres. Mereka mendapatkan pendampingan dari orang tua serta kader Pembantu Pembina KB Desa (PPKBD) sesuai kelurahan.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Solo, Purwanti, mengatakan dinasnya melakukan program pencegahan stunting dengan menyasar orang tua sampai anak-anak pada fase 1.000 hari pertama kehidupan.

Dia mengatakan DP3AP2KB melalui ibu-ibu kader atau PPKBD melakukan upaya pencegagan stunting dengan menerapkan pola asuh, asah, dan pola asih.

Adapun pola asah adalah stimulasi atau rangsangan secara mental yang diberikan kepada anak sejak dini. Pola asuh berkaitan dengan pemenuhan gizi, sandang, dan perawatan dasar.

“Terkait pola asih, keluarga itu harus memberikan stimulasi untuk perkembangan anak. Salah satunya pengenalan dunia flora dan fauna,” kata dia kepada Solopos.com.

Menurut dia, selama ini pembelajaran yang dilakukan Bina Keluarga Balita hanya menggunakan gambar serta permainan buatan di Kota Solo. 

“Kali ini kami mengenalkan dunia nyata kepada anak-anak dengan memilih Solo Safari,” ungkap dia.

Menurut dia, Solo Safari merupakan tempat yang pas untuk mengenalkan satwa kepada anak-anak. Solo Safari merupakan fasilitas kebun binatang milik Pemkot Solo yang dikelola Solo Safari.

Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Solo Selvi Ananda menjelaskan jumlah kasus stunting ada sekitar 780 di Kota Solo pada 2022. Angka itu masih di bawah nasional.

“Yang penting jangan sampai ada kasus baru,” kata dia kepada wartawan belum lama ini.

Selvi menjelaskan banyak faktor yang mempengaruhi temuan kasus stunting di Kota Bengawan, antara lain pemenuhan gizi sampai kawasan kumuh.

Stunting tidak hanya bicara cakupan gizi. Banyak faktor di luar itu juga. Higienitas  termasuk salah satunya,” jelasnya.

Selvi mengatakan penataan kawasan kumuh berkaitan dengan program pencegahan stunting. Upaya penataan kawasan kumuh yang dilakukan Pemkot Solo salah satunya untuk meminimalisasi stunting.

“Semoga diperbaikinya kawasan-kawasan kumuh itu nanti di Kota Solo juga membantu untuk meminimalisir kasus stunting,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya