Soloraya
Senin, 13 Februari 2023 - 00:10 WIB

Wetonan Cethik Geni & Harapan Langgengnya Usaha Lumpia Duleg di Delanggu Klaten

Taufiq Sidik Prakoso  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Tokoh lintas agama menggelar doa pada kenduri toleransi kegiatan wetonan Cethik Geni di Dukuh Lemburejo, Desa Gatak, Kecamatan Delanggu, Klaten, Minggu (12/2/2023). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Warga Desa Gatak, Kecamatan Delanggu, Klaten, menggelar kegiatan Wetonan Cethik Geni, yang bermakna doa untuk langgengnya usaha lumpia duleg, Minggu (12/2/2023).

Tradisi tahunan itu untuk memperingati wetonan atau hari lahir sebagai wujud rasa syukur sekaligus menyalakan semangat warga memproduksi lumpia duleg, kuliner khas bikinan warga Gatak, khususnya Dukuh Lemburejo.

Advertisement

Upacara cethik geni itu diawali ritual yang memvisualisasikan proses pembuatan lumpia duleg dimulai dari menyalakan api serta dipresentasikan dalam gerak sakral tarian. Penyalaan api itu sebagai simbol serta harapan kelanggengan usaha ekonomi warga pembuat lumpia duleg di Gatak, Klaten.

Kegiatan tersebut juga diisi kenduri toleransi dengan doa bersama lintas agama. Ketua Komunitas Cethik Geni, Dina Prapnawan Nicalaus, mengatakan wetonan Cethik Geni menjadi agenda rutin yang digelar setiap Minggu Wage pada bulan Februari.

Advertisement

Kegiatan tersebut juga diisi kenduri toleransi dengan doa bersama lintas agama. Ketua Komunitas Cethik Geni, Dina Prapnawan Nicalaus, mengatakan wetonan Cethik Geni menjadi agenda rutin yang digelar setiap Minggu Wage pada bulan Februari.

Selain wetonan, ada pergelaran Cethik Geni yang diisi dengan kirab gunungan lumpia duleg dan rutin digelar setiap Minggu Wage pada bulan Juli. “Penentuan waktunya itu dari mbah-mbah dulu, kami tinggal meneruskan,” kata Dina Prapnawan saat ditemui Solopos.com seusai rangkaian kegiatan wetonan Cethik Geni.

Dia menjelaskan kegiatan itu menceritakan perjalanan pembuatan lumpia duleg di Gatak, Delanggu, Klaten. Tujuannya menggugah semangat warga terutama kalangan muda untuk melanggengkan lumpia duleg sebagai warisan leluhur.

Advertisement

Lumpia duleg menjadi kuliner khas bikinan warga Gatak yang hingga kini terus dilestarikan. Lumpia duleg dicetuskan leluhur warga Lemburejo yang pernah merantau ke Semarang.

Sejarah Lumpia Duleg

Ketua Paguyuban Lumpia Duleg Mugi Langgeng Desa Gatak, Delanggu, Klaten, Didik Bowo Saputro, mengatakan secara turun temurun warga Lemburejo membikin lumpia duleg. Didik sendiri merupakan pelaku usaha lumpia duleg dan kini menjadi generasi keempat di keluarganya.

Dia saban hari berkeliling menjajakan lumpia duleg mengendarai sepeda motor ke berbagai wilayah di Klaten hingga ke Boyolali serta Sukoharjo. Lumpia duleg disebut-sebut muncul sejak 1950-an.

Advertisement

Awalnya, ada seorang warga setempat bernama Mbah Karto Purno pulang kampung seusai bekerja sebagai buruh pembuat lumpia di Semarang. “Kemudian dibuat di sini. Supaya bisa menjadi kecil-kecil, akhirnya menjadi lumpia mini. Setelah itu menjadi lumpia duleg. Ukurannya memang lebih kecil dibandingkan lumpia di Semarang,” kata Didik.

Didik mengatakan bahan untuk membuat lumpia duleg di antaranya tepung terigu, bawang, serta pati onggok, tepung dari sari pati aren. Kuliner itu disajikan dengan juruh atau saus yang terbuat dari larutan gula Jawa dan bawang.

Dulu, isian lumpia duleg berupa kubis hingga pepaya muda. Namun, sekarang isian lumpia duleg berupa taoge. Didik menjelaskan saat ini ada 14 warga Lemburejo yang rutin membikin lumpia duleg.

Advertisement

Mengenai lumpia duleg dan tradisi cethik geni yang sudah mendapatkan sertifikat hak Kekayaan Intelektual Komunal dari Kemenkumham, Didik berharap bisa menjadi pemacu agar lumpia duleg tetap lestari.

“Mudah-mudahan dengan hak pengakuan dari pemerintah itu bisa ikut mengembangkan lumpia duleg dan dilestarikan secara turun temurun,” kata Didik.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif