Soloraya
Jumat, 3 Maret 2023 - 17:43 WIB

Wilayah Seperti Mangkok, Kota Solo Langganan Banjir sejak 1915

Kurniawan  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kondisi banjir di Kampung Gulon, Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres, Solo, Kamis (2/3/2023). (Istimewa/ULAS Solo)

Solopos.com, SOLO—Naiknya elevasi atau debit air Bengawan Solo dan masih tingginya curah hujan yang mengguyur Kota Solo membuat jajaran BPBD Solo, DLH Solo, Dinas Damkar Solo, personel Sibat, dan petugas Linmas sejumlah kelurahan, waspada.

Hal ini karena bila hujan deras kembali mengguyur dengan intensitas yang lama berpotensi memicu terjadinya banjir atau genangan air.

Advertisement

“Warga Solo harus selalu waspada. Personel BPBD Solo saya lihat bersiaga 24 jam. Bahkan jumlah personel yang bersiaga ditambah. DLH Solo menurut Ibu Kristiana, juga siaga 24 jam. Tidak ketinggalan petugas Damkar Solo,” ujar Ketua Komisi III DPRD Solo, YF Sukasno, kepada Solopos.com, Jumat (3/3/2023).

Apalagi sempat terjadi pohon tumbang yang memicu antrean kendaraan di Jl Ki Ronggowarsito Solo pada Kamis (2/3/2023). “Personel Sibat, Linmas di beberapa kelurahan sudah siaga. Biasanya bulan Maret curah hujan masih tinggi,” sambung dia.

Sukasno menjelaskan wilayah Solo sejak dulu memang merupakan daerah banjir. Sebab Solo dikeliling deretan gunung, seperti Merapi dan Merbabu di sisi barat, dan Gunung Lawu di sisi timur. Di selatan ada daerah dataran tinggi Wonogiri.

Advertisement

“Jadi posisi kita, Kota Solo, seperti mangkok. Memang sejak dulu Solo merupakan daerah banjir. Di barat ada Gunung Merapi dan Merbabu, di timur ada Gunung Lawu. Dalam catatan banjir besar pertama di Solo terjadi 1915,” kata dia.

Setiap hujan deras mengguyur Solo, Sukasno mengaku terus berkoordinasi dengan Kepala DPUPR Solo, Nur Basuki. Dia ingin memastikan kondisi pintu-pintu air di Solo dalam kondisi baik atau tidak ada masalah, sehingga siap menghadapi hujan.

“Pak Basuki menyampaikan petugas rumah pompa air sampai kemarin terus bersiaga, belum ada yang pulang. Joyotakan barat dan timur masih on,” urai dia. Sukasno menceritakan pembangunan tanggul Bengawan Solo era SISKS PB X.

Advertisement

Menurut dia, tanggul tersebut dibangun dari wilayah Sorogenen ke selatan, lalu belok ke barat sampai Pintu Air Pringgolayan Tipes. Pascabanjir besar 1966 tanggul tersebut ditinggikan kurang lebih tiga meter, seperti sekarang ini.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif