Soloraya
Kamis, 12 Mei 2016 - 13:00 WIB

WISATA BOYOLALI : Berburu Kesejukan di Umbul Peninggalan Kasunanan

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Umbul Temanten, Boyolali (Mariyana Ricky P.D./JIBI/Solopos)

Wisata Boyolali salah satunya terdapat wisata air di kawasaan Pengging.

Solopos.com, BOYOLALI – Bulan Mei, hujan mulai jarang turun di wilayah Soloraya. Sepertinya, musim kemarau lebih awal menyambangi sekaligus mendatangkan hawa panas. Tengok saja suhu di Kota Solo yang bisa mencapai angka 31 derajat celcius di siang hari. Nah, sudah menjadi kebiasaan saat hawa panas menyeruak, orang mulai berburu kesejukan dengan menyegarkan diri. Selain berburu kuliner berbau es, beberapa orang mencari alternatif berwisata di tempat yang sejuk.

Advertisement

Kali ini, Pesona Wisata Soloraya bakal mengajak pembaca untuk singgah di Kompleks Pemandian Umbul Pengging, Kecamatan Banyudono, Boyolali.

Destinasi yang satu ini memang sudah mainstream dan cukup dikenal oleh warga setempat. Terlebih di momen-momen tertentu, pengunjung berbagai daerah selalu memenuhi objek wisata air tersebut. Terang saja, keindahan alam yang sarat nilai sejarah menjadi salah satu daya tarik.

Advertisement

Destinasi yang satu ini memang sudah mainstream dan cukup dikenal oleh warga setempat. Terlebih di momen-momen tertentu, pengunjung berbagai daerah selalu memenuhi objek wisata air tersebut. Terang saja, keindahan alam yang sarat nilai sejarah menjadi salah satu daya tarik.

Terletak di Desa Dukuh, Umbul Pengging adalah sebuah kompleks pemandian peninggalan Kasunanan Surakarta. Taman pemandian ini dibangun oleh Raja Kasunanan Surakarta saat itu, Sri Susuhunan Pakubuwana X. Konon, Umbul Pengging pada masanya menjadi tempat bersantai bagi raja dan keluarga.

Seiring berjalannya waktu, komplek pemandian itu mulai dibuka untuk umum. Pengunjung bisa menikmati keelokan wisata alam, budaya, dan sejarah dalam satu tempat.

Advertisement

Pengging pernah disebut dalam legenda Roro Jonggrang saat pembangunan kompleks Candi Prambanan. Nama daerah ini juga pernah ditemukan dalam sejumlah babad yang mengisahkan penyebaran agama Islam di Jawa bagian selatan. Ada pula yang menyebut tentang keberadaan Ki Ageng Pengging, seorang tokoh yang dikenal sebagai pemberontak di wilayah Kesultanan Demak.

Pengging bahkan dianggap sebagai cikal-bakal Kerajaan Pajang. Kerajaan yang mengambil alih kekuasaan di Jawa setelah Kesultanan Demak runtuh. Namun, setelah berkembangnya Kesultanan Mataram dan era sesudahnya, wilayah Pengging menjadi tempat pelaksanaan ritual bagi keluarga penerus Mataram.
Di Umbul Pengging terdapat tiga bagian kolam pemandian, yakni Umbul Temanten, Umbul Ngabean, dan Umbul Duda.

Ketiganya memiliki tingkat kedalaman berbeda dan masing-masing digunakan untuk tradisi yang berbeda pula. Umbul Temanten sering dijadikan lokasi siraman bagi pasangan menjelang pernikahan, sedangkan Umbul Ngabean kerap menjadi tempat ritual kungkum. Umbul Temanten dan Umbul Duda berbentuk persegi panjang, sementara Umbul Ngabean berbentuk bulat.

Advertisement

Ketiganya berasal dari mata air alami dengan dasar bebatuan yang berbeda dari kolam renang biasa. Salah satu pengunjung asal Sawit, Boyolali, Arif Soleh, 21, mengaku menjadi pelanggan tetap umbul ini. Sensasi berbeda begitu terasa saat berenang bersama ikan-ikan kecil. Airnya yang jernih dan alami, tak membuat mata merah meskipun lama berendam. Tidak ada kandungan zat penjernih di umbul berarsitektur kuno itu.

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) itu memilih hari biasa karena sepi pengunjung.

“Hampir setiap pekan saya berkunjung ke sini [Umbul Pengging]. Lokasinya dekat dari rumah dan tiketnya murah. Paling tidak saya menghabiskan waktu berenang di umbul selama dua jam, sejak siang sampai menjelang sore,” kata dia, saat dijumpai solopos.com di lokasi, belum lama ini.

Advertisement

Tidak jauh dari Kompleks Pemandingan Pengging, terdapat Umbul Sungsang dan Umbul Plempeng. Konon, Umbul Sungsang berasal dari sebuah pohon beringin. Air yang terus menerus keluar, mengepung pohon beringin tersebut sehingga disebut sungsang. Umbul Plempeng terletak tepat di sebelahnya yang terpisah tembok setinggi 1,5 meter.

Menurut petugas parkir setempat, Hadi Darmawan, kedua umbul ini paling ramai saat malam Jumat Pahing dan Selasa Kliwon. Biasanya mereka datang ke umbul menjelang tengah malam hingga dini hari.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif