SOLOPOS.COM - Rifan, 7, berenang dan bermain air di Umbul Leses, RT 012/RW 003 Dukuh Soko, Desa Jenengan, Kecamatan Sawit, Boyolali, Sabtu (6/6/2015). (Kharisma Dhita Retnosari/JIBI/Solopos)

Wisata Boyolali yakni Umbul Leses dikenal sebagai wisata ziarah dan wisata air.

Solopos.com, BOYOLALI – Umbul Leses yang berada di RT 012/RW 003 Dukuh Soko, Desa Jenengan, Kecamatan Sawit, Boyolali, dikenal sebagai tempat wisata ziarah sekaligus wisata air. Berlokasi di tepi jalan raya Sawit-Pengging, Boyolali, umbul yang dikelilingi dengan pepohonan leses.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Suradi, 45, warga yang rumahnya berada persis di samping Umbul Leses menuturkan penamaan Umbul Leses sendiri menurut penuturan sejumlah warga tidak lepas dari cerita turun temurun yang mengisahkan dulunya hanya ada dua batang pohon leses di sana.

“Dulu ketika di sini masih berupa hutan, ada sepasang pengantin baru beristirahat di sini. Pas suaminya mau melanjutkan perjalanan, istrinya bilang ‘eshhh, nanti dulu’. Nah pas giliran istrinya mau, gentian suaminya yang bilang ‘esshh, nanti dulu’. Kemudian gara-gara pertengkaran itu mereka berdua berubah jadi sepasang pohon yang kemudian dinamai pohon Leses,” kata dia saat dijumpai di rumahnya, Sabtu (6/6/2015).

Pohon-pohon leses berdiameter 1-3 meter setinggi sekitar 50 meter yang rata-rata berusia ratusan tahun tersebut, menurut dia, lebih dikenal warga sebagai tempat wisata ziarah daripada wisata air.  Banyak pelancong dari luar kota berkunjung ke Umbul Leses di malam Jumat Kliwon.

Menurut Suradi, kawasan tersebut sempat dikembangkan menjadi kawasan wisata oleh pemerintah. Pembangunan secara bertahap telah dilakukan. Mulai dari pavingisasi 4 tahun lalu yang kemudian disusul dengan pembangunan anak tangga menuju umbul dan terakhir pemagaran kawasan sekitar 4 bulan lalu.

Suradi menilai Umbul Leses berotensi untuk dikembangkan menjadi wisata edukasi dan wisata alam.

Warga sekitar, Ratiyo, 62, mengatakan 2 kolam tanah berukuran sekitar 7 meter x 5 meter dan  satu kolam 3 meter x 3 meter tersebut merupakan sumber pengairan bagi sekitar 40 hektare lahan persawahan di sekitarnya. Salah satu kolam dulunya juga pernah dijadikan tempat memandikan ternak.

Ratiyo menambahkan ukuran pohon dari dulu memang sudah besar dan beberapa pohon ada cerukan di dalamnya.

Saking dalamnya cerukan dalam batang pohon leses, saat jaman penjajahan Belanda, dalam cerukan tersebut bahkan mampu menampung 50 orang yang kala itu bersembunyi dari kejaran penjajah Belanda.

Seorang bocah warga sekitar Umbul Leses, Rifan, 7, pada Sabtu, berenang di umbul tersebut. Siswa SDN 3 Jenengan, Sawit, itu kemudian bergegas mengambil baskom plastik kecil berwarna biru muda dari atas meja kecil di beranda  rumahnya.

Rumah Rifan tak jauh, hanya berjarak beberapa meter dari umbul tersebut. Dia dan sejumlah anak lainnya yang juga baru pulang dari sekolah kembali menyebur ke dalam umbul. Beberapa ekor ikan mujair kecil berhasil mereka tangkap dengan baskom kecil tersebut. Mereka pun bersorak kegirangan.

“Gerah habis pulang sekolah. Saya suka berenang di sini. Selain dekat, adem, tempatnya juga menyenangkan, nyelam di antara akar, ada ikan,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya