SOLOPOS.COM - Sejumlah ahli, Arkeolog dari UGM, Niken Wirasanti, (tengah), didampingi ahli struktur dari UGM, Djoko Sulistyo, (kanan), bersama ahli geologi UPN, Helmy Murwanto, melihat batu dan tanah pemugaran Candi Induk Sukuh, Sabtu (5/9/2015). (Sri Sumi Handayani/JIBI/Solopos)

Wisata Karanganyar Candi Sukuh menurut para ahli tidak perlu dibongkar total.

Solopos.com, KARANGANYAR — Para ahli menyarankan pemugaran Candi Induk Sukuh tidak perlu membongkar seluruh bangunan candi.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Namun, mereka mengizinkan menggali tanah uruk bagian atas sedalam 30 sentimeter (cm) dan memugar tangga bagian bawah pada Candi Induk Sukuh. Mereka khawatir pemugaran seluruh bangunan candi, dalam hal ini pembongkaran batu periode satu dan seluruh tanah uruk di balik batu periode satu akan merusak bangunan Candi Induk Sukuh.

Para ahli yang dimintai saran terkait pemugaran Candi Induk Sukuh, Arkeolog dari Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Gadjah Mada (UGM), Niken Wirasanti, Ahli Struktur dari Fakultas Teknik UGM, Djoko Sulistyo, dan Ahli Geologi Fakultas Teknik Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta, Helmy Murwanto. Salah satu ahli, Niken, mengusulkan pemugaran tidak perlu menyentuh batu periode pertama dan tanah uruk.

“Kami tidak berani, bukan karena takut ada apa-apa. Tetapi, aspek akademis riskan. Kalau dibuka, ternyata tanah rapuh. Nanti malah terima bongkar, enggak terima pasang. Tanggung jawab kepada anak cucu besar. Yang ini [batu periode satu dan tanah uruk] dibiarkan,” kata Niken saat ditemui wartawan seusai mengecek batu periode satu dan tanah uruk Candi Induk Sukuh, Sabtu (5/9/2015).

Niken enggan gegabah. Meskipun, dia mengaku penasaran rahasia yang tersimpan di balik batu periode satu dan di bawah tanah uruk. “Nanti diskusi dengan ahli-ahli lain. Selama ini tanahnya sudah padat dan stabil. Terbukti ratusan tahun bertahan. Kami juga mau tahu apakah bukit asli atau tanah uruk. Tetapi, membongkar risikonya besar,” jelas dia.

Sementara itu, Koordinator Tim Pemugaran Candi Induk Sukuh, Sudarno, menuturkan pemugaran Candi Induk Sukuh fokus pada pembongkaran batu, penelitian, pemasangan fondasi, dan empat lapis hingga akhir tahun 2015. Namun, tim pemugaran Candi Induk Sukuh dibuat tercengang.

“Kami, enggak menyangka ada batu lain di balik batu kulit. Kami menyebutnya batu periode satu. Kalau pemugaran sesuai rencana sudah dilakukan. Nah, muncul batu lain, ini yang belum direncanakan dan perlu dibahas dengan para ahli,” ujar dia saat ditemui wartawan di sela-sela diskusi di pelataran Candi Induk Sukuh, Sabtu.

Warna batu periode satu dan dua berbeda. Batu periode satu berwarna cokelat susu, sedangkan batu periode dua atau kulit berwarna hitam keabu-abuan. Susunan Candi Induk Sukuh adalah batu kulit, tanah uruk, batu periode satu, dan tanah uruk yang padat.

Seperti Niken, Sudarno juga menyampaikan rasa penasaran di balik batu periode satu dan tanah uruk. “Penelitian sedang proses. Kami minta saran para ahli karena ditemukan periode 1 bagaimana? Kalau dibongkar, program berubah. Ribet perizinan. Idealnya dibongkar jadi tahu dalamnya apa. Tetapi, kami terpancang program,” ujar dia.

Namun, Sudarno mengusulkan menggali tanah uruk dibalik batu periode satu. Tanah akan digali sedalam 30 cm sembari dipotret setiap kedalaman tertentu. Mereka juga akan memugar batu pada tangga bagian bawah candi induk. Semula, batu itu tidak dibongkar karena akan menjadi patokan saat mengembalikan batu lain.

“Mungkin disisakan satu batu pada tangga itu sebagai patokan. Lalu, kami mengeruk tanah bagian atas sedalam 30 sentimeter. Tanah akan diteliti di laboratorium.”

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya