SOLOPOS.COM - Suasana Bukit Patrum di Dukuh Mojopereng, Desa Krakitan, Bayat, Senin (16/10/2017). (Cahyadi Kurniawan/JIBI/Solopos)

Objek wisata di bekas tambang gamping di Krakitan, Bayat, Klaten, dibuka mulai 28 Oktober.

Solopos.com, KLATEN — Lahan bekas tambang gamping di Dukuh Mojopereng, Desa Krakitan, Bayat, Klaten, bakal dikelola jadi destinasi wisata. Sejumlah persiapan terus dimatangkan menjelang peluncuran pada 28 Oktober mendatang.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Di lokasi bekas tambang itu kini sudah berdiri dua gazebo dari bambu. Sepetak taman pohon palem dan rumput jepang juga sudah disiapkan. Gapura dari bambu yang masih dalam proses finishing siap menyambut pengunjung.

Ketua RT 008/018, Dukuh Mojopereng, Jumairi, 48, mengatakan menurut rencana ada 10 gazebo yang bakal didirikan. Satu jembatan bambu menghubungkan dua gundukan lahan.

Tak hanya itu, akses menuju puncak bukit bakal dibuat dengan sejumlah pengamanan. “Untuk sementara ini akses ke puncak kami tutup karena jalan belum siap dilalui. Hal itu guna menghindari hal-hal yang tak diinginkan jika ada wisatawan yang datang,” kata dia di rumahnya, Kamis (19/10/2017).

Pengelolaan bekas tambang jadi destinasi wisata, lanjut Jumairi, sebetulnya digagas sejak 2004. Namun, harapan itu pupus karena minim respons dan secara kebetulan ada Bukit Turis atau Bukit Sidagura sebagai alternatifnya.

Padahal, lokasi itu kerap dikunjungi orang dari berbagai daerah hampir setiap pekan. Mereka adalah pelajar TK atau PAUD, kelompok pencinta alam, hingga pegiat rappelling. “Tak jarang juga ada fotografer motret model di sini atau foto prewedding,” kata dia.

Ia berharap terwujudnya lokasi bekas pertambangan itu sebagai tujuan wisata bisa meningkatkan kesejahteraan warga. Warga bisa memanfaatkan peluang mulai dari sektor kuliner, transportasi, hingga produksi suvenir.

“Saya minta orang-orang dukuh sini diprioritaskan. Belum lama ini saya juga lakukan pendataan warga sekampung untuk,” terang Jumairi.

Salah satu warga, Sunarti, 38, mengaku senang dengan dikelolanya lokasi bekas tambang itu sebagai tujuan wisata. Ia bisa memanfaatkan halaman rumahnya untuk berjualan aneka minuman dan makanan.

“Kalau parkir sepertinya lokasi tidak di sini. Jadi mungkin saya nanti berjualan minuman dan makanan saja. Semoga laris,” terang dia.

Sekretaris Desa Krakitan, Rahmanto, menerangkan persiapan lahan bekas tambang gamping sebagai tujuan wisata dilakukan secara swadaya. Warga melakukan bersih-bersih, membangun infrastruktur, dan lainnya secara gotong-royong dan dana sukarela.

Persiapan objek wisata itu belum dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja (APB) Desa. “Saat ini sifatnya nasih swadaya. Bantuan yang didapatkan berasal dari perorangan masing-masing. Anggaran yang disiapkan berapa juga belum dibahas dengan BPD [Badan Permusyawatan Desa],” terang dia.

Lokasi tambang itu bakal dimasukkan ke dalam destinasi wisata yang dirintis tiga desa antara lain Desa Jomboran, Desa Jimbung, dan Desa Krakitan. Di Jomboran, wisatawan bakal diajak bersepeda keliling sawah dan sungai menikmati konsep Desa Politan. Kemudian ke Jimbung disusul ke Photorium di Krakitan.

“Setelah melintasi tiga desa itu wisatawan bisa menikmati sajian kuliner di warung apung sembari melepas lelah,” harap dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya