SOLOPOS.COM - Pengunjung berfoto di alur Sungai Getuk, Desa Socokangsi, Kecamatan Jatinom, Klaten, Minggu (28/3/2017). (Taufiq Sidik Prakoso/JIBI/Solopos)

Wisata Klaten, alur Sungai Getuk di Socokangsi disebut mirip dengan Green Canyon.

Solopos.com, KLATEN — Desa Socokangsi di Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten, beberapa hari terakhir menjadi buruan warga terutama mereka yang aktif di media sosial (medsos). Mereka datang ke Socokangsi karena penasaran serta ingin berfoto di kawasan Sungai Getuk yang mengalir di desa setempat sepanjang lebih dari 1 km.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Berdasarkan penelusuran , lebar Sungai Getuk di Socokangsi sekitar 2 meter. Sementara, tebing-tebing sungai dengan tinggi sekitar 5 meter menyuguhkan pemandangan unik di beberapa kawasan. Cekungan tebing bertekstur tanah dan batu yang terbentuk secara alami akibat gerusan arus sungai itu seolah menggoda pengunjung yang gemar berfoto ria.

Cekungan itu membawa warga yang melintasi kawasan tersebut seakan-akan memasuki lorong gua. Pemandangan yang ditawarkan selayaknya objek wisata lain yang dikenal dengan nama Green Canyon di Desa Kertayasa, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Pesona itulah yang belakang menjadi daya tarik warga dari berbagai daerah berdatangan ke Socokangsi.

Pengunjung berfoto di alur Sungai Getuk, Desa Socokangsi, Kecamatan Jatinom, Klaten, Minggu (28/3/2017). (Taufiq Sidik Prakoso/JIBI/Solopos)

Pengunjung berfoto di alur Sungai Getuk, Desa Socokangsi, Kecamatan Jatinom, Klaten, Minggu (28/3/2017). (Taufiq Sidik Prakoso/JIBI/Solopos)

Lokasi tebing berada di alur sungai yang berjarak sekitar 500 meter dari kantor Desa Socokangsi. Guna menuju lokasi, para pengunjung melintasi jalan setapak pada tanah tegalan berisi tanaman palawija serta tanaman keras. Untuk memasuki sungai, pengunjung harus menuruni tebing melalui tanah dan bebatuan. Ketinggian tebing untuk menuju alur sungai itu sekitar 2 meter.

Belum ada papan petunjuk untuk menuju lokasi membuat sejumlah pengunjung berputar-putar di desa setempat. Hal itu seperti yang dirasakan Febri, 16, dan Sonia, 16, Selasa (28/3/2017).

“Saya belum tahu lokasinya. Saya datang karena tertarik dengan postingan foto di instagram,” kata Febri, pelajar SMK Muhammadiyah 1 Jatinom asal Desa Jonggrangan, Kecamatan Klaten Utara, saat ditemui wartawan di sekitar Desa Socokangsi.

Sementara itu, pengunjung lainnya, Ratri Wahyuningrum, 21, mengaku mengetahui tempat itu dari foto yang diunggah melalui Instagram. Rasa penasaran membawanya mendatangi kawasan tersebut.

Pengunjung berfoto di alur Sungai Getuk, Desa Socokangsi, Kecamatan Jatinom, Klaten, Minggu (28/3/2017). (Taufiq Sidik Prakoso/JIBI/Solopos)

Pengunjung berfoto di alur Sungai Getuk, Desa Socokangsi, Kecamatan Jatinom, Klaten, Minggu (28/3/2017). (Taufiq Sidik Prakoso/JIBI/Solopos)

“Karena ada teman yang dekat dengan kawasan ini, kemudian saya ajak. Tempatnya keren. Saya datang bersama lima teman saya,” kata warga Desa Jurangjero, Kecamatan Karanganom, Klaten, itu.

Salah satu warga Desa Socokangsi, Mustofa, 21, mengatakan kawasan yang menjadi daya tarik pengunjung selama ini digunakan sebagai tempat memancing warga setempat. Sekitar tiga hari lalu, Mustofa bersama beberapa pemuda lainnya berinisiatif mengunggah foto alur sungai ke medsos.

Siapa sangka, postingan tersebut direspons warga dari berbagai daerah yang mendatangi kawasan berbekal alamat serta foto itu. “Dulu memang pernah ada fotografer yang datang memotret kawasan dan mengunggah kawasan itu ke medsos. Tetapi, sejak unggahan foto beberapa haril lalu di medsos banyak warga yang berdatangan,” ungkapnya.

Mustofa menjelaskan ada sekitar empat kawasan yang bisa menjadi spot selfie dengan menawarkan pemandangan tebing. Kawasan itu berada di sepanjang alur Sungai Getuk. “Kalau sebenarnya kondisi alur sungai itu bening. Namun, karena hujan kondisi airnya keruh. Harapan kami ada papan petunjuk menuju lokasi karena selama ini masih banyak warga yang tersesat. Kami juga berharap akses masuk ke sungai dipermudah,” urai dia.

Gua peninggalan nenek moyang di Desa Socokangsi, Kecamatan Jatinom, Klaten, yang pernah digunakan sebagai tempat persembunyian saat masa penjajahan. Foto diambil Selasa (28/3/2017). (Taufiq Sidik Prakoso/JIBI/Solopos)

Gua peninggalan nenek moyang di Desa Socokangsi, Kecamatan Jatinom, Klaten, yang pernah digunakan sebagai tempat persembunyian saat masa penjajahan. Foto diambil Selasa (28/3/2017). (Taufiq Sidik Prakoso/JIBI/Solopos)

Kaur Pembangunan Desa Socokangsi, Tumino, mengatakan selain alur sungai, Desa Socokangsi juga memiliki potensi wisata lainnya seperti jembatan tua yang dibangun dari bekas rel dan berada di atas Sungai Getuk. Selain itu, di desa itu terdapat gua peninggalan yang menjadi tempat persembunyian saat masa kolonial.

Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) Socokangsi, Sudarman, mengatakan warga setempat memiliki tradisi bernama Dandan Kali. Tradisi itu yakni membersihkan alur sungai serta sebagai bentuk ungkapan rasa syukur warga terhadap melimpahnya air di sepanjang alur sungai. “Kondisi airnya itu tidak pernah kering termasuk saat kemarau tiba,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya