Soloraya
Selasa, 17 November 2015 - 22:15 WIB

WISATA SOLO : Nol Kilometer Tugu Pamandengan Ditata Ulang

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Putra-Putri Solo 2014 di Titik Nol Kilometer Solo, Jumat (5/9/2014). (Sunaryo Haryo Bayu/JIBI/Solopos)

Wisata Solo berupa nol kilometer Tugu Pamandengan akan ditata ulang.

Solopos.com, SOLO — Pemerintah Kota (Pemkot) Solo akan menata ulang kawasan Tugu Pamandengan pada 2016 mendatang. Penataan kawasan tersebut dilakukan untuk penguatan Tugu Pamandengan menjadi penanda titik nol kilometer yang siap dibranding sebagai ikon Kota Solo.

Advertisement

Kepala Dinas Tata Ruang Kota (DTRK) Solo Agus Djoko Witiarso menerangkan Tugu Pamandengan memiliki nilai historis berfungsi sebagai titik fokus pandangan Raja Keraton Kasunanan Surakarta saat memusatkan pikiran untuk menemukan solusi atas persoalan yang dihadapi rakyat pada zamannya.

Tak hanya itu memfokuskan pandangan pada Tugu Pamandengan terutama bagian puncaknya, dipercaya sebagai salah satu sarana meditasi yang sangat kuat bagi Raja Keraton. Namun selama ini tak banyak masyarakat yang mengetahuinya. Bahkan sebagian besar beranggapan Tugu Pamandengan hanya sebagai bangunan penghias Kota Solo.

“Karena itu kami akan menguatkan keberadaan Tugu Pamandengan. Penguatan Tugu Pamandengan ini akan dilakukan mulai tahun depan,” katanya ketika dijumpai wartawan di Balai Kota, Selasa (17/11/2015).

Advertisement

Agus mengatakan penataan ulang kawasan Tugu Pamandengan akan difasilitasi Direktorat Jenderal (Dirjen) Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Tahun ini, rencana penataan ulang kawasan Tugu Pamandengan dimulai dengan menyusun Detail Engineering Design (DED) oleh pemerintah pusat.

Nantinya  penataan kawasan Tugu Pamandengan akan difokuskan pada penataan landscape sekitarnya yang mampu memperkuat keberadaan tugu sebagai titik sentral kawasan segitiga Beteng Vasternburg hingga Pasar Gede. Lebih jauh Agus menjelaskan penataan menyeluruh dari Tugu Pamandengan, termasuk jembatan Pasar Gede yang akan menjadi gerbang masuk hingga kawasan Beteng Vasternburg hingga Pasar Gede.

Anggaran penataan tersebut sepenuhnya digelontor dari Pemerintah Pusat, karena Solo merupakan bagian dari Jaringan Kota Pusaka. Agus berharap keberadaan Tugu Pamandengan nantinya tak kalah dengan Tugu Nol Kilometer Jogja yang saat ini telah menjadi ikon kota.

Advertisement

“Padahal bentuk fisiknya sederhana. Tapi mampu menjadi ikon Jogja. Bahkan hingga menjadi branding kaos. Kami juga ingin Tugu Pamandengan bisa menjadi ikon Kota Solo,” katanya.

Kepala Bidang (Kabid) Pelestarian Kawasan dan Bangunan Cagar Budaya DTRK Solo, Mufti Raharjo mengatakan Pemkot telah menyusun Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) 2015-2035. RAKP dinilai penting sebagai arah kebijakan dalam penataan kawasan cagar budaya, salah satunya penataan kawasan Tugu Pamandengan. Pemkot berupaya untuk terus melestarikan kawasan cagar budaya.

Mufti menyebutkan ada beberapa langkah strategis yang dilakukan Pemkot dalam mendukung pelestarian cagar budaya. Langkah itu di antaranya kawasan cagar budaya sebagai kawasan strategis sosial budaya dalam rencana tata ruang, mengembangkan bentuk insentif dan disentif, menyusun peta pusaka, mendorong penguatan kelembagaan, mendorong aktivitas budaya, meningkatkan sarana dan prasarana lingkungan di kawasan pusaka, mengembangkan informasi dan edukasi tentang kota pusaka, serta melakukan revitalisasi dan adaptasi.

“Kami ingin menjadikan kawasan dan bangunan cagar budaya tidak hanya menjadi estetika dan romantisme saja. Namun sustainable dengan memiliki nilai ekonomi dan budaya,” katanya. 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif