SOLOPOS.COM - Sungai Bengawan Solo (ilustrasi/Espos/dok/Dwi Prasetya)

Sungai Bengawan Solo (ilustrasi/Espos/dok/Dwi Prasetya)

Sungai Bengawan Solo (ilustrasi/Espos/dok/Dwi Prasetya)

Sabrina dan Alexander, turis asal Prancis, tampak tak begitu tertarik dengan Kota Solo. Sudah dua hari mereka berkeliling, dan menikmati candi, museum, serta pagelaran, tapi tak banyak hal yang dirasa berkesan.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Alexander mengakui belum begitu mengerti tentang Solo. Mereka datang ke Kota Bengawan hanya sebatas singgah saja untuk selanjutnya pergi ke Yogyakarta. Di negara asalnya, Solo bukanlah kota yang dikenal luas oleh kalangan penjelajah seperti layaknya Jakarta atau Denpasar.

“Kami liburan ke Indonesia selama tiga minggu, 10 hari dihabiskan di Bali, sisanya di Jawa,” terangnya ketika ditemui JIBI, Jumat (18/5/2012). “Sebelum ke sini, kami memang belum pernah dengar tentang Solo.”

Selain suasana tradisional yang kental dan candi-candi tua yang memukau, Solo bagi Alexander dan Sabrina merupakan kota kecil yang tak terlalu meriah. Mereka sempat mengeluh tentang sampah-sampah di area pedestrian yang tak dibersihkan dengan baik. Begitu juga dengan fasilitas umum yang kurang memadai. Orang-orang lokal juga dianggap kurang ramah terhadap turis asing.

Tapi untuk keluhan yang terakhir ini Sabrina tidak ingin digeneralisir. “Mungkin perasaan kami saja. Saya tidak tahu apakah turis lain merasakannya atau tidak. Tapi karena jumlah turis asing di sini sedikit, mereka mungkin belum terbiasa,” jelasnya.

Masashi Takaoo turis asal Jepang, juga mengeluhkan soal kebersihan. Terutama tentang Sungai Bengawan Solo yang tak terawat dan banyak sampahnya. Jumat (18/5) pagi, ia sempat berkunjung ke sungai yang terkenal itu, tapi malah kecewa karena tak banyak hal yang bisa dilakukan. “Kalau kotanya dipercantik, saya rasa Solo bisa jadi lebih dikenal,” katanya.

Wahyu, tour guide yang ditemui JIBI di Pura Mangkunegaran, mengaku suka malu sendiri dengan keadaan kota yang kurang bersih. Kebanyakan turis yang berasal dari negara maju, tentu memiliki standar kebersihan yang lebih baik. “Kadang kalau tempat tertentu banyak sampahnya, saya suka alihkan dan sengaja tidak bawa ke sana. Supaya mereka tidak melihat,” ujarnya.

Lalu, apakah turis asing ini ingin kembali lagi ke Solo? “Saya bisa merekomendasikan tempat ini agar kawan-kawan yang lain bisa berkunjung. Tapi saya rasa, kami berdua tidak akan kembali ke kota ini,” kata Alexander.

“Ya, masih banyak tempat yang harus dieksplorasi selain Solo,” kata Sabrina menambahkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya