SOLOPOS.COM - ilustrasi kesenian lesung (JIBI/dok)

Wisata Sragen yakni Srawung Lesung akan dilaksanakan besok Sabtu (25/11/2017).

Solopos.com, SRAGEN — Direkrorat Kesenian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan para seniman Sragen yang tergabung dalam Sanggar Seni Serambi Sukowati akan menggelar festival musik dan ketoprak lesung bertajuk Srawung Lesung, Sabtu (25/11/2017), di Sragen Dok RT 017/RW 006 Sragen Wetan, Sragen.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Kegiatan yang akan menampilkan tujuh kelompok kesenian lesung Sragen itu diharapkan dapat melestarikan kesenian tradisi yang kini semakin terdesak oleh modernisasi.

“Srawung lesung bertujuan memberikan apresiasi seni tradisi. Kebetulan saat ini masih ada beberapa kelompok kesenian lesung yang aktif berlatih, dan tampil dalam pertunjukan kesenian di desa mereka. Saya memproses acara ini cukup lama, setahun lebih,” tutur Pine Wiyatno, Ketua Penyelenggara Srawung Lesung Sragen, saat jumpa pers di Sragen kota, Kamis (23/11/2017) siang.

Pine berharap kegiatan Srawung Lesung bisa memberikan semangat tambahan kepada para pelaku kesenian lesung untuk terus berkarya. Srawung Lesung diharapkan juga mampu menghidupkan kembali kesenian ketoprak lesung yang lama mati suri.

“Saat Bupati Sragen Pak Bawana sempat mau ditentukan sebagai kesenian khas Sragen karena satu-satunya kesenian tradisi yang hidup dan berkembang baik. Apalagi lokasinya di Sragen kota. Tapi karena situasinya tidak mendukung, akhirnya perkembangannya tidak bisa optimal. Tapi kemudian ketika Bawana hampir berakhir, tiap peringatan HUT Sragen kesenian ini selalu dimainkan di bawah pohon beringin di kompleks Pemda,” imbuh dia.

Salah seorang kreator Srawung Lesung Sragen, Ari Dayak, mengatakan lesung telah melalui proses transformasi panjang dari fungsinya semula, hingga eksistensinya saat ini. Bila dulu lesung digunakan untuk menumbuk padi saat panen, dalam perkembangannya lahir kesenian musik kotekan lesung.

Bahkan kini kesenian itu telah menjadi kesenian tradisi yang di uri-uri masyarakat perdesaan. Sedangkan aktivitas menumbuk padi dengan lesung sudah tidak ada lagi, berganti dengan selepan-selepan.

“Sebagian ada lesung yang malah dijual sebagai tempat duduk di rumah makan, atau sekedar sebagai pajangan. Ya mungkin ini hasil dari kesalahan kita sendiri tidak memberikan ruang yang cukup bagi eksistensi kesenian kotekan lesung. Padahal lesung ini menarik sekali, diapakan saja bisa. Dipadukan alat musik lainnya busa. Misalnya dipadukan dalam irama musik reggae atau jazz. Akan menarik sekali mengawinkan lesung dengan musik modern,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya