SOLOPOS.COM - Wisuda UNS Solo (JIBI/Solopos/Dok)

Wisuda UNS Solo Periode III Tahun Akademik 2015/2016 digelar di Auditorium Kampus UNS, Sabtu (5/3/2016).

Solopos.com, SOLO – Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo menggelar Wisuda Sarjana Periode III Tahun Akademik 2015/2016 di yang digelar Auditorium Kampus UNS, Sabtu (5/3/2016).

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Pada wisuda tersebut, UNS mewisuda sebanyak 1.704 mahasiswa, terdiri atas 445 orang dari Program Pascasarjana, 15 orang dari enam program studi (prodi) di Program Doktor, 430 orang dari 28 prodi di Program Magister, 63 orang dari 12 prodi di Program Pendidikan Dokter Spesialis, serta 1.196 orang dari 10 fakultas di Program Sarjana Strata 1 (S1).

Dari jumlah tersebut, terdapat lima wisudawan dari Program Pascasarjana UNS berhasil meraih indeks prestasi kumulatif (IPK) 4,00. Salah satu wisudawan pascasarjana yang meraih IPK sempurna adalah Pemimpin Redaksi (Pemred) Solopos, Suwarmin, M.M. Empat wisudawan pascasarjana lain peraih IPK sempurna adalah Delisma Wisnu Adi M. Pd., Diyah Nur Hidayati M. Pd., Nur Kholifah M. Si., dan Tri Nuringsih M. Si. Tercatat jumlah wisudawan yang meraih predikat Dengan Pujian atau Cumlaude sebanyak 352 orang.

“Sebanyak 352 orang yang mendapatkan predikat Cumlaude, terdiri atas 121 orang dari Program Pascasarjana dan 132 orang dari sembilan fakultas,” kata Wakil Rektor I (Bidang Akademik) UNS, Sutarno, saat menyampaikan laporannya.

Sementara itu, Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Ravik Karsidi, dalam sambutannya mengatakan pembangunan sumber daya manusia (SDM) sangat ditentukan oleh pendidikan, terutama pendidikan tinggi. Kegagalan mengelola hal ini akan membawa bangsa kepada malapetaka bencana kependudukan.

“Kita memiliki potensi besar untuk maju dengan berbagai modalitas, seperti kekayaan sumber daya alam (SDA), pengalaman melewati krisis, serta menjadi negara terbesar dengan tingkat demokrasi yang cukup baik,” paparnya, Sabtu.

Namun dalam komposisi tenaga kerja, menurutnya, jumlah tenaga kerja baik di dalam maupun di luar negeri masih didominasi oleh lulusan sekolah dasar (SD), yakni sekitar 55 persen, dan hanya sekitar 10 persen lulusan perguruan tinggi. Padahal jika dibandingkan dengan negara tetangga Malaysia, menurut data 2014, mereka sudah memiliki 20 persen lulusan perguruan tinggi dan hanya 24 persen lulusan SD.

“Data itu [Indonesia] menunjukkan bahwa lulusan sarjana saat ini masih memiliki banyak peluang kerja,” katanya.

Sementara di negara-negara maju, persentasenya sudah mencapai 40 persen lulusan perguruan tinggi. Dengan kondisi demikian, sangat disadari pentingnya peran pendidikan tinggi.

“Pada saat ini Anda adalah orang yang telah meraih itu, karenanya Andalah yang pantas mendapat harapan dan tumpuan akan menyelesaikan masalah ini di kemudian hari menyongsong Indonesia emas tersebut,” ujarnya kepada para wisudawan.

Dalam era creative-base economic atau ekonomi kreatif sekarang ini, lanjutnya, daya pikir dan kreativitas menjadi penggerak untuk produktivitas sekaligus daya saing. Meskipun diakui, saat ini terjadi ketidakseimbangan antara angkatan kerja dan dunia kerja. Setiap tahun terdapat jutaan sarjana yang menganggur atau menjadi pengangguran tak kentara mengingat pekerjaan mereka tidak sesuai ijazah yang dimiliki.

“Kondisi demikian jangan dijadikan sebagai kendala, melainkan tantangan luar biasa yang mesti dihadapi bersama. Pendidikan tinggi menjadi kawah candradimuka lahirnya kreativitas dan produktivitas. Bekal dan semangat kewirausahaan dan kemandirian yang telah kami berikan, semoga menjadi dasar untuk Anda bisa menjalani sebagai generasi emas tersebut,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya