SOLOPOS.COM - Sutomo, 48, warga Dukuh Miliran, RT 001/RW 003, Desa Mendak, Delanggu menunjukkan foto putranya, Bayu Oktavianto, 22, yang menjadi salah satu awak kapal yang disandera kelompok Abu Sayyaf. Foto diambil Selasa (29/3/2016). (Taufiq Sidik Prakoso/JIBI/Solopos)

WNI disandera kelompok Abu Sayyaf di perairan Filipina.

Solopos.com, KLATEN – Keluarga salah satu anak buah kapal (ABK) yang disandera kelompok Abu Sayyaf Filipina di Miliran, Mendak, Delanggu mengaku semakin waswas lantaran deadline yang diberikan para penyandera agar pemerintah menyiapkan uang tebusan Rp15 miliar tinggal beberapa hari lagi. Keluarga Bayu Oktavianto berharap, pemerintah Indonesia mampu menyelamatkan 10 ABK yang telah disandera oleh kelompok Abu Sayyaf Filipina itu.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Berdasarkan informasi yang dhimpun Solopos.com, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) menyatakan kapal tongkang Anand 12 dibajak kelompok Abu Sayyaf di Filipina, Selasa (29/3/2016).

Kapal tersebut berisi 10 awak WNI yang saat ini masih disandera. Masing-masing ABK yang masih tersandera, seperti Bayu Oktavianto, 22, warga Miliran, Mendak, Delanggu, Klaten; Peter Tonsen Barahama, 30, warga Batam; Julian Philip, 50, warga Minahasa; Alvian Elvis Peti, 32, warga Jakarta Utara; Mahmud, 31, warga Banjarmasin; Surian Syah, 33, warga Kendari; Surianto, 30, warga Sulawesi Selatan; Wawan Saputra, 25, warga Palopo; Rinaldi, 24, warga Makassar; dan Wendi Raknadian, 28, warga Padang.

Para pembajak sempat meminta uang tebusan senilai Rp15 miliar kepada pemerintah atau perusahaan kapal. Uang tersebut harus segera diserahkan paling lambat tanggal 8 April 2016. Informasi yang berkembang di tengah keluarga Bayu, pemerintah Indonesia saat ini sudah mengetahui keberadaan Bayu cs yang dalam kondisi sehat. Namun, Bayu cs terbagi menjadi dua kelompok, yakni kelompok yang terdiri dari tiga rombongan ABK dan kelompok yang terdiri dari tujuh rombongan ABK.

“Hari ini, bertepatan Bupati Klaten, Sri Hartini berkunjung ke tempat kami. Kami memohon kepada Joko Widodo [selaku Presiden Republik Indonesia] agar berusaha semaksimal mungkin mengeluarkan para ABK dari Filipina dalam keadaan selamat. Kami semakin waswas dengan batas waktu yang ada. Kalau memang minta tebusan, segera ditebus saja tentang apa yang diminta dari para penyandera itu [agar anaknya bisa pulang selamat]. Saat ini, anak saya ikut rombongan yang tujuh orang itu,” kata ayah Bayu, yakni Sutomo, 50, saat ditemui wartawan di kediamannya, Selasa (5/4/2016).

Bupati Klaten, Sri Hartini, mengaku prihatin dengan nasib yang dialami keluarga Sutomo. Selaku pimpinan daerah di Kota Bersinar, Sri Hartini mendoakan agar keluarga Sutomo selalu mendapatkan perlindungan dari Alloh SWT.

“Semoga, para sandera bisa segera dibebaskan dan diselamatkan tanpa suatu alangan apa pun. Semoga keluarga juga diberi ketabahan. Kami dari pemerintah, tentu ikut memantau kondisi ini agar cepat selesai,” katanya.

Berdasarkan informasi yang dihimpun solopos.com, keluarga Sutomo terus mengadakan pengajian tiap malam guna memohon kepada Alloh SWT agar Bayu cs bisa diselamatkan dari para penyandera. Pengajian rutin biasanya berlangsung pukul 20.00 WIB-21.00 WIB.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya