SOLOPOS.COM - Ilustrasi stok beras di gudang. (Antaranews)

Solopos.com, WONOGIRI — Kebijakan pemerintah mengizinkan Perusahaan Umum (Perum) Bulog mengimpor beras dinilai tidak akan mempengaruhi serapan beras petani di Wonogiri. Di sisi lain, beras produksi beras di Wonogiri selalu surplus dan banyak memasok kebutuhan beras di Soloraya.

Dikutip dari Bisnis.com, pemerintah mengimpor beras sebanyak 200.000 ton dengan anggaran senilai Rp1,8 triliun. Impor beras itu dilakukan untuk menjaga cadangan beras komersial di Indonesia.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Kepala Bidang (Kabid) Ketahanan Pangan Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertan Pangan) Wonogiri, Niken Kuntarti, mengatakan kebijakan impor beras tidak akan banyak mempengaruhi serapan beras petani lokal Wonogiri. Sebab, beras yang dikonsumsi warga Wonogiri banyak menggunakan beras produksi lokal.

Produksi beras di Wonogiri lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan warga di Wonogiri. Setiap tahun produksi beras di Wonogiri selalu surplus.

Dia mencontohkan, per Oktober 2022 produkai beras di Wonogiri sebanyak 241.355 ton. Sementara kebutuhan beras di Wonogiri pada hanya 31,88% dari jumlah produksi atau ketersediaan beras.

Baca Juga: Nyam, Festival Durian Lokal Digelar 4 Hari di Selogiri Wonogiri, Ini Jadwalnya

Hingga Oktober 2022, kebutuhan beras di Wonogiri hanya 76.934 ton dengan kebutuhan per kapita lebih kurang 7 kg/bulan. Dari produksi dan serapan tersebut, masih tersisa 164.421 ton.

Data beras itu didapatkan dari penggilingan-penggilingan dan resi gudang di Wonogiri. Hal itu belum termasuk yang masih disimpan para petani.

“Petani biasanya menyimpan sendiri di rumahnya. Ketika panen, petani di Wonogiri tidak langsung menjual hasil panennya ke pasar secara keseluruhan. Mereka biasanya nyicil jual, bergantung dengan kebutuhan. Ada pula yang menyimpan untuk kebutuhan sampai panen berikutnya,” kata Niken saat ditemui Solopos.com di kantornya di Dinas Dispertan Wonogiri, Jumat (9/12/2022).

Beras surplus produksi petani Wonogiri itu biasanya didistribusikan ke daerah lain di Soloraya seperti Solo, Sukoharjo, Karanganyar, Sragen. Selain itu di berbagai daerah Jawa Timur, di antaranya Trenggalek dan Tulungagung. Beras-beras itu disalurkan ke luar daerah oleh agen, distributor, dan pedagang.

Baca Juga: Potret Sukses Petani Muda, Kombinasi Ide dan Teknologi Jadi Kunci

Kepala Gudang Bulog Wonogiri, Adi Hadiyanto, menyampaikan pada 2022 ini Gudang Bulog Wonogiri menyetok beras sebanyak 2.680 ton. Per Desember 2022, persediaan beras gudang tersebut total sebanyak 525 ton. Dengan rincian 520 ton beras premium dan 5 ton beras medium yang juga beras CBP [cadangan beras pemerintah]

“Kemarin beras medium CBP sudah disalurkan sebanyak 100 ton, tinggal 5 ton. Kalau beras CBP itu biasanya digunakan pemerintah, misalnya untuk kondisi bencana. Soal kebijakan impor, kami hanya ikut kebijakan pusat,” kata Adi.

Beras di Gudang Bulog Wonogiri tidak hanya beras yang diproduksi petani Wonogiri, melainkan beras dari daerah lain seperti Klaten, Karanganyar, atau Sragen.

Ditanya ketersediaan ideal Bulog untuk Kabupaten Wonogiri, Adi tidak menyebut secara jelas. Menurutnya hal itu tidak menentu. Kendati begitu, diakui Adi ketersediaan beras di Gudang Bulog Wonogiri terbilang masih sedikit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya