SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO – Topeng perunggu berusia ribuan tahun atau sudah ada sejak dari sebelum Masehi menjadi koleksi seorang kolektor seni di Indonesia. Topeng salah satunya menjadi penutup wajah mayat seseorang yang dianggap pemimpin sebelum menjadi peralatan seni.

Hal itu mengemuka dalam Konferensi Nasional Indonesia Mask Organization (IMO) rangkaian International Mask Festival (IMF) di Pura Mangkunegaran, Solo. Sabtu (18/4/2022). Hadir sebagai narasumber, yakni Master Topeng, I Ketut Kodi; Master Topeng, Toto Sudarto; dan Founder D’Topeng Kingdom, Reno Halsemer.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Topeng perunggu tersebut merupakan koleksi Reno yang dibeli dari kolektor lain sekitar 30 tahun lalu. Reno mengatakan topeng itu merupakan topeng kematian. “Itu kemungkinan tradisi Austronesia. Austronesia orang Vietnamese ya. Belum ada warna, masih perunggu, belum ada seni ukirnya, menggambarkan bentuk manusia, wajah manusia,” kata dia kepada Solopos.com.

Menurut dia, orang menggunakan topeng untuk penutup wajah jenazah sebelum topeng digunakan untuk kegiatan seni atau tari saat ini. Orang zaman dulu menganggap pemimpin, kepala suku, dan dukun tidak boleh dilihat wajahnya dalam kondisi mati.

“Mereka percaya pemimpin itu utusan para dewa yang enggak bisa mati. Tak boleh dilihat wajahnya,” ujarnya.

Baca juga: Festival Topeng IMF di Solo Diserbu, 150 Tiket Ludes Dalam 5 Menit

Dia menjelaskan ada sejumlah upaya khusus untuk menyimpan topeng berusia ribuan tahun itu, antara lain tidak disimpan pada tempat yang lembab supaya tidak berjamur, tidak boleh dipegang tangan karena tangan mengandung unsur garam namun memakai sarung tangan, dan tidak boleh terjatuh.

“Yang jelas tak boleh jatuh, bisa pecah meskipun dari perunggu. Unsur besinya habis tertanam di tanah lama,” ungkapnya. Ditanya berapa banyak uang untuk menebus topeng waktu itu, Reno mengaku tidak ingat. Dia menjelaskan telah mengoleksi hampir 2.000 topeng sejauh ini.

Chief Executive IMF sekaligus Direktur Solo International Performing Arts (SIPA), Irawati Kusumorasri, menjelaskan konferensi nasional tersebut merupakan kali pertama diselenggarakan pada rangkaian IMF.

Baca juga: Topeng Wajah Orang Hiasi Bandul Kalung Gibran Saat di Paris, Siapa Ya?

“Kami ingin ikut berpartisipasi dalam pengembangan dan pelestarian dan penyebarluasan budaya topeng Indonesia ke seluruh Indonesia maupun ke kancah Internasional,” ungkapnya.

Menurut dia, konferensi dilakukan secara daring dan luring dengan peserta dari Kota Solo, Sragen, Bandung, Jogja, Malang, Banjarmasin, dan Pulau Bali. Para peserta merupakan pelajar, mahasiswa, dosen, dan pemerhati topeng Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya