SOLOPOS.COM - Pelaku usaha tembakau rajangan, Sulistyawan, memperlihatkan tembakau dalam acara di Candi Sari Fest 2023, Desa Gedangan, Cepogo, Boyolali, Minggu (26/2/2023). (Solopos/Ni'matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Dua pemuda asal Desa Gedangan, Kecamatan Cepogo, Boyolali, Sulistyawan, 29, dan Jiono, 39 tahun, sukses lewat bisnis tembakau rajangan tingwe atau linting dhewe sejak 2010.

Dalam sehari, mereka bisa omzet rata-rata mencapai Rp10 juta dengan untung bersih Rp8,5 juta. Tembakau lintingan yang mereka jual sudah dalam bentuk rajangan, diproses, dan disimpan secara khusus baru kemudian dijual.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Mereka mengawali bisnis itu dengan membentuk Putra Candi Tembakau. Sulistyawan mengungkapkan dalam sehari mereka bisa menjual 3-8 kuintal tembakau untuk lintingan.

Produk mereka telah terjual ke hampir seluruh Indonesia mulai di Pulau Jawa, Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Timur, Papua, dan banyak daerah di Indonesia. Beberapa metode penjualan telah dilakukan dua pendiri Putra Candi Tembakau itu. Mulai dari door to door hingga ke toko-toko.

Namun, seiring bertambahnya peminat terhadap terhadap bisnis tembakau dari Boyolali itu, mereka telah merambah toko dari sejak 2017. Sulis menjelaskan sejak 2017 mereka memiliki puluhan reseller dengan 600-an toko di marketplace.

“Di desa kami ada 15 reseller, di daerah Ampel ada 35. Belum yang di luar kota, kalau tokonya ada 600-an di market place,” ujarnya saat berbincang dengan Solopos.com di lokasi Candi Sari Fest 2023, Minggu (26/2/2023).

Sulis mengungkapkan rata-rata tembakau rajangan untuk lintingan ia jual dengan harga paling rendah Rp70.000-Rp400.000 per kilogram. Harga tersebut tergantung berapa lama tembakau disimpan.

Lama Penyimpanan Menentukan Rasa

Semakin lama tembakau disimpan, jelasnya, tembakau akan memiliki rasa khusus. Selain itu, harga juga ditentukan dari kualitas tembakau. Warga Boyolali itu menjelaskan ada empat kualitas tembakau yang ia jual lewat bisnis tersebut yaitu kualitas A, A plus, premium, dan super premium.

Sulis menjelaskan kualitas A memiliki kemiripan dengan rokok kemasan sekitar 85 persen, A plus memiliki kadar kemiripan 90 persen, premium 94 persen, dan super premium 97 persen.

Beberapa varian yang ia jual seperti tembakau rajangan flavour banana, vanilla, jamaica, apel, bubble gum, green tea, original harum manis, original antep, dan lain-lain.

“Jadi nanti kalau harga dari saya mulai dari Rp70.000-Rp400.000 per kilogram, kemudian reseller nanti bisa mengambil keuntungan dari harga yang mereka jual,” jelasnya.

Semua reseller yang menjual via marketplace dilatih terlebih dahulu oleh Putra Tembakau Candi. Mereka akan diajari mulai dari nol hingga mahir menjual tembakau rajangan via market place.

Sulis menceritakan anggota-anggota reseller tembakau rajangan untuk lintingan juga banyak yang telah menuai hasil. Mereka bisa membeli sapi, sepeda motor, dan membiayai uang sekolah mereka. “Kebanyakan reseller itu anak-anak muda, tapi juga ada yang bapak-bapak,” jelasnya.

Sementara itu, salah satu reseller, Bagus Eka Putra, mengaku menjadi reseller tembakau rajangan Putra Candi sejak 2018. Waktu itu ia masih kelas VIII SMP dan ingin membantu orang tuanya.

Cerita Reseller

Saat ini ia telah menjadi siswa kelas XI di salah satu SMK swasta di Boyolali, tapi ia masih aktif dalam bisnis penjualan tembakau rajangan via marketplace.

“Alhamdulillah dari jualan tembakau rajangan saya sudah bisa membeli sepeda motor. Saya juga membiayai sekolah saya sendiri karena SMK saya swasta,” kata siswa jurusan teknik sepeda motor tersebut.

Dalam sehari, Bagus mampu mengantongi untuk Rp500.000-Rp6 juta. Ia mengaku kegiatan jualan sampingannya tak mengganggu sekolah, sehingga ia bisa bersekolah sambil berjualan.

Saat ditanya dengan rencananya lebih lanjut akan kuliah atau terus menjadi reseller, ia menjawab sementara belum ada rencana untuk kuliah. “Entah nanti berubah atau seperti apa, tapi sementara seperti ini dulu,” kata dia.

Sementara itu, salah satu penikmat tingwe asal Tengaran, Semarang, Supomo, 53, mengungkapkan sengaja datang ke Candi Sari Fest 2023 untuk melihat pameran lintingan. Ia juga mencoba melinting rokok tersebut di lokasi dan menjajalnya.

Menurutnya, tembakau yang ia coba memang tak seperti rokok kemasan tapi memiliki kemiripan. Seiring kenaikan cukai rokok, harga rokok kemasan makin mahal sehingga ia memilih beralih ke rokok tingwe atau linting dhewe.

“Saya biasanya beli di market place, harganya lebih mahal dibanding di sini. Jadi saya mau beli di sini saja,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya