Soloraya
Senin, 22 Januari 2024 - 13:59 WIB

Yonif Mekanis Raider 413/Bremoro Berangkatkan 360 Prajurit ke Lebanon

Magdalena Naviriana Putri  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panglima Divisi Infanteri 2 Kostrad, Mayjen TNI Haryanto, menyalami prajurit Yonif Mekanis Raider 413/Bremoro yang akan berangkat ke Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) TNI Sentul sebelum menjalankan misi perdamaian ke Lebanon, Senin (22/1/2024). Acara pemberangkatan digelar di Lapangan Mako Yonif Raider 413/Bremoro di Mojolaban, Sukoharjo, (Solopos.com/Magdal;ena Naviriana Putri)

Solopos.com, SUKOHARJO — Sebanyak 360 prajurit Batalyon Infanteri (Yonif) Mekanis Raider 413/Bremoro di Sukoharjo bakal menjalankan misi perdamaian di Lebanon. Mereka akan bertugas sebagai Satuan Tugas Yonif Mekanis (Satgas Yonmek) TNI Kontingen Garuda (Konga) XXIII-R United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL).

Namun sebelum diberangkatkan ke Lebanon mereka akan menjalani masa pratugas di Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) TNI Sentul, di Tangkil, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Advertisement

Seremoni pemberangkatan 360 prajurit ke Sentul itu dipimpin oleh Panglima Divisi Infanteri 2 Kostrad, Mayor Jendral TNI Haryanto, di Lapangan Yonif Mekanis Raider 413/Bremoro, Mojolaban, Sukoharjo, Senin (22/1/2024).

“Nanti total dengan prajurin TNI Angkatan Udara dan Angkatan Laut ada sekitar 850 personel [yang diberangkatkan dari Indonesia]. Mereka akan diberangkatkan ke PMPP Sentul untuk dipersiapkan lagi, dilatih di sana selama satu bulan. Kemudian diberangkatkan ke Lebanon untuk mengantikan pasukan sebelumnya,” ungkap Haryanto saat ditemui wartawan seusai upacara pemberangkatan.

Advertisement

“Nanti total dengan prajurin TNI Angkatan Udara dan Angkatan Laut ada sekitar 850 personel [yang diberangkatkan dari Indonesia]. Mereka akan diberangkatkan ke PMPP Sentul untuk dipersiapkan lagi, dilatih di sana selama satu bulan. Kemudian diberangkatkan ke Lebanon untuk mengantikan pasukan sebelumnya,” ungkap Haryanto saat ditemui wartawan seusai upacara pemberangkatan.

Seluruh pasukan tersebut akan diberangkatkan di bawah bendera Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) bersama prajurit lain dari 32 negara. Selama ini dalam tugasnya, prajurit tersebut harus berjibaku di medan perang selama satu tahun. Namun jangka waktu tersebut dapat berubah seiring dengan pergantian pasukan yang berjalan. Pelepasan prajurit kali ini menjadi urutan ke-18 sejak 2006 lalu.

“Kami mengirimkan pasukan sejak 2006, selalu setiap tahun, itu diminta PBB. Pasukan kita memiliki prestasi yang bagus dan selalu dikenal di sana. Di sana juga ada kompetisi menembak, kemudian ada performance budaya. Secara  teritorialnya pasukan kita juga terkenal,” ungkap Haryanto.

Advertisement

Setelah dinyatakan siap mereka akan diperiksa dan diberangkatkan ke Lebanon menggantikan pasukan yang telah bertugas.

Sementara itu, dilansir dari laman Bisnis.com, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menyatakan belum ada rencana menarik pasukan TNI dalam misi perdamaian PBB di Lebanon. Hal itu disampaikan Prabowo dalam konferensi pers usai acara The 17th ASEAN Defence Minister’s Meeting (ADMM) dan The 10th ASEAN Defence Minister’s Meeting Plus 2023 pada November 2023 lalu.

Forum ADMM membahas sejumlah isu pertahanan dan keamanan, seperti dinamika geopolitik serta kerja sama pertahanan dalam kerangka ASEAN. Pertemuan itu dihadiri menteri pertahanan dan delegasi dari seluruh negara anggota ASEAN selain Myanmar.

Advertisement

Kala itu, Prabowo mengatakan pasukaan perdamaian RI terus bertahan di Lebanon selama serangan Israel ke Gaza masih berlangsung.

Sejalan dengan penugasan prajurit perdamaian TNI di Lebanon, Prabowo juga mengatakan pihaknya masih terus berkomunikasi dan berkoordinasi ke Dewan Keamanan PBB dan negara terkait untuk terus memantau perkembangan situasi di Jalur Gaza Palestina.

Seperti diketahui eskalasi ketegangan militer di sekitar laut Mediterania terkait dengan adanya kehadiran kapal perang negara lain akan menjadi salah satu tantangan yang harus diatasi dalam pelaksanaan operasi perdamaian dunia.

Advertisement

Potensi bahaya asimetris di laut seperti pembajakan dan perompakan, setiap saat dapat memicu instabilitas perdamaian antara Lebanon dan Israel.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif