Soloraya
Senin, 15 Februari 2021 - 12:47 WIB

Ziarah ke Makam Para Leluhur di Imogiri, Gusti Moeng Panjatkan Doa Ini Untuk Keraton Solo

Ichsan Kholif Rahman  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Gusti Moeng beserta abdi dalem saat menziarahi permakaman leluhur Mataram di Imogiri, Bantul, pada Minggu (14/2/2021). (Istimewa/Dok Pribadi Gusti Moeng)

Solopos.com, SOLO— Sempat terkurung selama tiga hari dua malam di Keputren, Keraton Solo, GKR Koes Moertiyah Wandansari, langsung berziarah ke makam leluhurnya di Imogiri, Bantul, Minggu (14/2/2021). Gusti Moeng, sapaan akrabnya, memohon kepada Tuhan agar kondisi Keraton Solo segera membaik.

Ia memiliki mengambil hikmah dari kejadian tersebut. Meskipun harus tidur beralaskan tikar dan makan dedaunan, Gusti Moeng dapat mengetahui kondisi di dalam Keraton Solo seusai diusir pada 2017 lalu. Ia menyebut kondisi dalam keraton sangat memprihatinkan, bangunan cagar budaya rusak tidak terawat. Gusti Moeng mendokumentasikan seluruh kondisi keraton itu.

Advertisement

“Saya bersama sentana dan abdi dalem berziarah ke makam para leluhur. Saya berdoa agar aktivitas budaya keraton dapat terus berjalan, rukun, dan damai. Lalu, semoga dijauhkan dari bahaya serta orang-orang tidak berkepentingan yang mengaku utusan raja. Orang-orang itu justru memperkeruh suasan keraton dan menghambat perdamaian,” kata adik kandung Paku Buwono (PB) XIII itu.

Baca juga: Curhat 2 Putri Keraton Solo Setelah Bebas: Kami Dikunci, Bukan Mengurung Diri

Sebelumnya, Gusti Moeng terkurung di dalam keraton bersama GKR Timoer Rumbai Kusuma Dewayani yang merupakan putri kandung PB XIII, dua abdi dalem penari, dan seorang sentono dalem.

Advertisement

Usai pengusiran 2017 lalu, Gusti Moeng dan para gusti lain tidak dapat masuk ke keraton karena tak memperoleh izin dari Sinuhun PB XIII. Hal itu membuat aktivitas adat dan budaya keraton tidak berjalan semestinya. Hal itu juga dikarenakan tertutupnya akses abdi dalem dan abdi dalem garap.

“Kegiatan pengembangan budaya dan penelitian di Sasana Pustaka juga berhenti. Kondisi dokumen, naskah, budaya, warisan leluhur kami tidak tahu,” papar dia.

Baca juga: 2 Putri Keraton Solo Ngaku Dikunci, Kubu PB XIII Sebut Playing Victim

Advertisement

Ia berharap polemik keraton segera berakhir karena sangat berdampak pada pengembangan budaya jawa. Polemik itu menjadi kerugian masyarakat adat dan seluruh warga Indonesia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif