Soloraya
Selasa, 19 Maret 2024 - 16:20 WIB

Penyandang Disabilitas Netra Khusyuk Membaca Al-Qur'an Braille

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Suasana tadarus Al-Qur'an braille bersama puluhan penyandang disabilitas netra di Musala Balai Rehabilitasi Sosial Bhakti Candrasa Solo, Selasa (19/3/2024). (Solopos.com/Dhima Wahyu Sejati)

Solopos.com, SOLO—-Ahmad Faizun, 26, meraba Al-Qur’an braille huruf demi huruf yang tertulis di situ. Dengan suara yang keras dia membaca kitab suci itu, bersama dengan puluhan orang penyandang disabilitas lainnya di Musala Balai Rehabilitasi Sosial Bhakti Candrasa Solo, Selasa (19/3/2024).

Faiz, bersama rekannya sudah sejak pukul 12.00 WIB berkumpul untuk menunaikan ibadah salat Zuhur secara berjamaah, sebelum membaca Al-Qur’an bersama.

Advertisement

Pria yang mengenakan koko abu-abu dan peci hijau itu mengatakan tadarus dilakukan rutin setiap hari. Namun khusus Ramadan ada tambahan tadarus yakni setelah malam setelah salat tarawih dan pagi setelah salat Subuh.

“Dan tentunya ada kegiatan lain seperti pengajian setiap sore,” kata dia ketika ditemui di Musala Balai Rehabilitasi Sosial Bhakti Candrasa, Selasa (19/3/2024).

Advertisement

“Dan tentunya ada kegiatan lain seperti pengajian setiap sore,” kata dia ketika ditemui di Musala Balai Rehabilitasi Sosial Bhakti Candrasa, Selasa (19/3/2024).

Faiz menargetkan dirinya menyelesaikan bacaan Al-Qur’an sampai 30 juz selama Ramadan. Namun. menurutnya yang lebih penting lagi adalah dirinya bisa ngaji bersama teman-teman yang lain.

Dia sudah belajar membaca Al-Qur’an braille sejak sebelum masuk ke balai rehabilitasi. Dia mengatakan sebelum belajar membaca huruf arab, terlebih dahulu harus belajar huruf latin agar terbiasa.

Advertisement

Menurunya perlu ketekunan dan kesabaran untuk belajar membaca huruf braille arab di Al-Qur’an. Dia mengatakan secara efektif paling tidak memerlukan waktu sekitar satu tahun hingga bisa membaca.

Dirinya sendiri sudah mempelajari huruf braille sejak duduk di bangku sekolah dasar. Ketika kelas I SD dirinya belajar braille latin, baru menginjak kelas III SD dirinya mulai belajar huruf braille arab.

Pria asal Kebumen itu memaknai Ramadan sebagai bulan yang istimewa. Dia ingin mengisi Ramadan dengan kegiatan-kegiatan keagamaan untuk meningkatkan kedekatannya dengan Tuhan. “Karena bulan yang istimewa jadi apapun kegiatan kita, harus diniatkan lillahi ta’ala,” kata dia.

Advertisement

Pembina Kegiatan Keagamaan Balai Rehabilitasi Sosial Bhakti Candrasa Solo, Sartano mengatakan tadarus bersama sudah dimulai sejak awal bulan Ramadan.

“Selain siang hari, juga dilanjutkan setelah tarawih itu sifatnya individu. Tapi juga ada yang belajar antarteman yang lain, terutama pemula-pemula biasanya dibimbing sama yang sudah bisa,” kata dia.

Dia mengatakan anak bimbingannya itu lebih termotivasi dan semangat belajar ketika bersama-sama. Terutama ketika momentum Ramadan seperti sekarang hampir semua siswa di asrama yang berjumlah sekitar 30 orang itu ikut tadarus.

Advertisement

Meski antusias, menurutnya tetap perlu ditingkatkan agar mereka lebih suka membaca Al-Qur’an secara mandiri dan menjadi kebiasaan meski sudah tidak di asrama.

“Nah ini kita butuh komunikasi baik secara kelompok maupun individu. Kalau bisa kita berikan motivasi secara kelompok, tapi kalau tidak kita harus ada pendekatan secara personal,” kata dia.

Sutarno mengatakan tidak ada target untuk siswa yang mengharuskan selesai 30 juz. Baginya yang terpenting siswa mau belajar secara sungguh-sungguh.

“Jadi tidak ada target dan disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Karena belajar ngaji itu diambil dari keikhlasan, dari kerelaan dia. Namun kita tetap memberikan motivasi,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif