Soloraya
Kamis, 26 Oktober 2023 - 18:30 WIB

25 Peserta Adu Skill Main Musik Bambu dan Kayu di Festival Thek Thek Boyolali

Nimatul Faizah  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Peserta memainkan musik dari kayu dan bambu dalam Festival Thek-thek yang digelar Diskominfo Boyolali dan FK Metra Boyolali di Gelanggang Anuraga, Boyolali, Kamis (26/10/2023). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Suara alunan musik dari bambu dan kayu menguasai Gelanggang Anuraga Boyolali yang menjadi lokasi penyelenggaraan Festival Thek Thek, Kamis (26/10/2023) pagi. Suara tersebut merupakan kreasi dari paguyuban seni Segoro Muncar dari Kecamatan Wonosegoro.

Enam orang menjadi pemukul bambu dan kayu berbentuk kentungan mengiringi satu sinden dan pertunjukan drama berjudul Punthuk Gagatan yang ditampilkan tujuh aktor.

Advertisement

Mereka merupakan satu dari 25 peserta Lomba Thek Thek yang digelar Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Boyolali bekerja sama dengan Forum Komunikasi Media Tradisional (FK Metra) Boyolali.

Ketua Paguyuban Seni Segoro Muncar, Gantos Paimin, menjelaskan timnya berangkat dari kantor Kecamatan Wonosegoro sekitar pukul 06.00 WIB dan tiba di lokasi sekitar pukul 07.30 WIB.

Advertisement

Ketua Paguyuban Seni Segoro Muncar, Gantos Paimin, menjelaskan timnya berangkat dari kantor Kecamatan Wonosegoro sekitar pukul 06.00 WIB dan tiba di lokasi sekitar pukul 07.30 WIB.

Ia menjelaskan persiapan untuk lomba Festival Thek Thek di Boyolali itu cukup mendadak. Gantos menjelaskan kelompoknya hanya tiga kali menggelar latihan. Hal tersebut karena kesibukan masing-masing anggotanya.

“Akan tetapi semua sudah memiliki basic, karena semuanya seniman. Ada dari unsur seniman asli, aparatur sipil negara [ASN], ada juga dari masyarakat biasa. Semua sudah terbiasa latihan,” kata dia saat berbincang dengan Solopos.com di lokasi acara.

Advertisement

Di sana adalah petilasan dari Nyi Sugirah, istri dari Ki Ageng Damarjati. Diketahui, Ki Ageng Damarjati merupakan salah satu tokoh penyebar agama Islam di wilayah itu. Petilasan Nyi Sugirah kemudian dinamakan Punthuk Gagatan.

Tempat tersebut juga banyak dikunjungi sebagai destinasi wisata religi. Terpisah, Kepala Diskominfo Boyolali, Bony Facio Bandung, menjelaskan musik thek-thek yang ditampilkan pada festival itu merupakan musik tradisional wilayah Boyolali.

Drama Musikal

“Untuk lomba tahun ini kami fokuskan kepada kayu dan bambu. Tidak ada tambahan musik organ seperti 2022,” kata dia. Bony mengatakan tujuan lomba tersebut adalah menggali kreativitas warga. Selain itu, untuk melestarikan dan menjaga musik thek-thek.

Advertisement

“Dulu kan kentungan digunakan untuk [menginformasikan] kondangan, kematian, kemudian pencurian, dan sebagainya itu. Dengan teknologi yang semakin maju, itu akan tergerus kalau pemerintah tidak hadir di dalamnya, semakin lama akan tergerus,” kata dia.

Lebih lanjut, ia menjelaskan setiap peserta lomba pada Festival Thek Thek Boyolali itu memiliki waktu tampil 25 menit. Peserta bebas membuat inovasi untuk menambah iringan musik thek-thek yang memuat terkait keberhasilan Boyolali dan visi-misi Bupati Boyolali.

Dari pantauan Solopos.com, ada peserta yang menampilkan pertunjukan drama, tari, dan drama musikal. Bony menjelaskan Festival Thek Thek Boyolali digelar pada Kamis-Sabtu (26-28/10/2023). Hari pertama diisi 15 kelompok, hari kedua diisi 10 kelompok.

Advertisement

Kemudian hari terakhir penyerahan hadiah untuk para juara. Bony mengatakan peserta lomba pada 2023 ini meningkat dibanding 2022 di mana hanya ada 19 kelompok yang ikut sedangkan pada 2023 ada 25 kelompok. Total hadiah mencapai Rp32 juta.

Terpisah, Ketua FK Metra Boyolali, Ribut Budi Santoso, menjelaskan ada beberapa kriteria penilaian pada lomba musik thek-thek itu antara lain kesesuaian tema, kreasi, kostum, dan kekompakan. Tema pada 2023 ini adalah melangkah bersama dalam melestarikan tradisi untuk Boyolali Metal.

Ia menjelaskan masyarakat masih melestarikan konsep yang dibawa nenek moyang yang membuat kentungan dari bambu dan kayu. Dari Festival Thek-thek, lanjut Ribut, FK Metra Boyolali akan menggali potensi kreativitas musik dari kayu dan bambu.

“Ini adalah cara kami melestarikan musik dari bambu dan kayu,” jelas dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif