SOLOPOS.COM - Warga berebut hasil bumi yang menjadi isi tiga gunungan dalam Festival Cah Angon Mondokan, Sragen, Sabtu (2/12/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Tiga gunungan hasil bumi ludes jadi rebutan warga setelah diarak di puncak Festival Cah Angon 2023 di kompleks Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Mondokan, Sragen, Sabtu (2/12/2023). Dua buah lesung berumur 100 tahun yang ditabuh bergantian ikut meramaikan rangkaian acara yang melibatkan ratusan petani dan warga dari sembilan desa di Mondokan itu.

Sebelumnya, tiga gunungan hasil bumi itu dikirab bersama rombongan alat mesin pertanian (alsintan) dan para kelompok tani. Karnaval pertanian itu berlangsung dari halaman Depan Kecamatan Mondokan sampai ke BPP Mondokan yang jaraknya sekitar 1,5 km. Seusai karnaval, tiga gunungan besar dikumpulkan di halaman BPP bersama aneka hidangan bancakan.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Selanjutnya, kelompok kesenian Mondokan menabuh dua lesung kayu tua. Salah satu kelompok kesenian lesung itu bernama Kelompok Ngudi Utama 2 Desa Jambangan.

Anggota Kelompok Ngudi Utama 2, Parno Pur, mengungkapkan dua lesung yang ditabuh ini umurnya sudah seabad lebih. Kedua lesung itu peninggalan orang zaman dulu. “Kami latihan selama sepekan sebelum tampil. Meskipun hanya tetabuhan lesung, ternyata menghasilkan irama suara yang berbeda dan bisa mengiringi lagu-lagu Jawa,” ujar Parno yang diamini anggota kelompok lainnya, Sri Purwanti, 50, saat berbincang dengan Solopos.com.

Kesenian lesung itu menjadi pembuka acara menyambut kehadiran Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati. Bupati sempat melihat dan mendengarkan musin itu sejenak kemudian menuju ke lokasi tamu kehormatan.

Dia melihat tiga gunungan hasil bumi yang masih utuh dan sejumlah bancakan. Setelah selesai didoakan bersama, Bupati mengecek satu per satu gunungan. Satu gunungan ternyata mewakili tiga desa.

Sekretaris Kecamatan Mondokan, Budiyanto, menjelaskan gunungan pertama dibuat oleh Desa Pare, Desa Jekani, dan Desa Kedawung; gunungan kedua berasal dari Desa Sono, Desa Tempelrejo, dan Desa Trombol. Sementara  gunungan ketiga dari Desa Gemantar, Desa Jambangan, dan Desa Sumberejo.

“Gunungan itu diarak dari Kantor Kecamatan Mondokan hingga di BPP ini. Jaraknya 1,5 km. Alat mesin pertanian yang dihias juga turun diarak bersama kelompok tani, dan lainnya,” ujar Budiyanto.

Satu gunungan diperkirakan menghabiskan dana Rp1,5 juta dan dikerjakan secara bergotong royong. Setelah dinilai, Bupati memberi ganti biaya pembuatan gunungan itu dengan uang Rp1 juta per gunungan.

“Gunungan ini artinya dari tetumbuhan yang berasal dari Desa Jekani. Warga Jekani menyebutnya bogawastra, boga artinya pangan dan wastra berarti sandang. Jadi gunungan bogawastra itu simbol sandang pangannya warga Jekani,” ujar Sumpeno, perwakilan pembuat gunungan dari Desa Jekani.

Aneka lomba ikut memeriahkan Festival Cah Angon itu, di antaranya lomba pecut, lomba engklek, dan lomba joget, dan lomba memedi sawah. Para pengunjung juga bisa menikmati jajanan di 25 stan usaha mikro kecil menengah (UMKM).

Camat Mondokan, Agus Endarto, mengatakan Festival Cah Angon ini  program penguatan nilai-nilai luhur kebangsaan dengan mengambil tema lokal, yakni Cah Angon. Dia menerangkan tujuannya sebenarnya reresik atau bersih-bersih Mondokan.

“Ini memang baru kali pertama digelar. Ke depan, akan dilakukan rutin setiap Desember. Rangkaian acaranya dua hari, Jumat dan Sabtu ini. Hari pertama untuk lomba hadrah, hari kedua pawai alsintan dan hewan ternak kemudian disusul lomba ketangkasan petani,” jelas Agus.

Festival ini melibatkan sembilan desa di Mondokan yang syaratnya gotong-royong. “Desa iuran sendiri-sendiri. Yang hadir ratusan orang,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya