SOLOPOS.COM - Ilustrasi demam berdarah. (Solopos/Whisnupaksa Kridhangkara)

Solopos.com, BOYOLALI — Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali mencatat ada 45 orang yang terkena demam berdarah dengue atau DBD sepanjang 1-31 Januari 2024.

Selain itu ada satu kasus meninggal dunia akibat DBD yang dialami seorang anak asal Desa Kalinanas, Kecamatan Wonosamodro. Anak perempuan usia 12 tahun itu meninggal dunia akibat DBD pada 12 Januari 2024.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Kepala Dinas Kesehatan Boyolali, Puji Astuti, menjelaskan dibandingkan periode yang sama tahun 2023, jumlah kasus DBD pada Januari 2024 ini memang lebih sedikit. Pada Januari 2023 total ada 83 kasus DBD.

“Namun, kasus Januari 2024 masih berjalan, kemungkinan masih bisa bertambah. Ini sudah Februari, tapi laporan Januari belum masuk semua,” kata Puji saat diwawancarai Solopos.com di kantornya, Kamis (1/2/2024).

Untuk mencegah penambahan jumlah kasus demam berdarah dengue di Boyolali, Puji meminta warga untuk lebih disiplin menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta menggencarkan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).

Ia  meminta masyarakat untuk tidak menggantungkan baju, terutama di tempat gelap atau di dinding rumah. Menurut Puji, nyamuk juga suka bersarang di pelepah pohon pisang.

Di sisi lain, ia mengatakan jentik-jentik nyamuk justru tidak hidup di tempat yang berbatasan dengan tanah seperti sungai melainkan tumbuh di wadah yang tidak bersentuhan langsung dengan tanah seperti pot, vas bunga, dan sebagainya.

Puji menjelaskan salah satu usaha Pemkab Boyolali untuk menurunkan angka kasus demam berdarah adalah dengan program satu rumah satu jumantik atau juru pemantau jentik-jentik. Masing-masing pemilik rumah akan memantau jentik-jentik di rumahnya.

“Intinya jika tidak ada jentik-jentik nyamuk, maka tidak ada nyamuk. Jika tidak ada nyamuk, tidak ada DBD,” kata dia.

Gejala Demam Berdarah

Selain itu, Dinkes Boyolali juga meminta masyarakat tidak ragu meminta obat pembunuh jentik-jentik nyamuk atau Abate di Puskesmas terdekat. Abate diberikan secara gratis untuk masyarakat selama persediaan masih ada.

Puji menyoroti kebanyakan masyarakat yang masih salah saat mencampurkan obat Abate dengan air. Ia menceritakan terkadang masyarakat menyebarkan Abate dengan diwadahi padahal seharusnya tinggal disebar ke air.

Selanjutnya jika ada anggota keluarga yang mengalami gejala mengarah ke demam berdarah, sebaiknya segera diperiksakan ke dokter atau layanan kesehatan terdekat. Keterlambatan penanganan gejala DBD bisa memicu terjadinya dengue shock syndrome (DSS) yang bisa menyebabkan kematian.

Mengutip yankes.kemkes.go.id, gejala demam berdarah pada tahap awal infeksi ditandai dengan nyeri retro-orbital, demam, sakit kepala hebat, nyeri sendi dan otot yang intens, dan mual. Setelah itu timbul demam berat yang cepat selama 2-7 hari.

Kemudian pada fase kritis ada tanda-tanda peringatan, termasuk sakit perut yang parah, muntah terus menerus, perubahan suhu yang nyata, manifestasi hemoragik, atau perubahan status mental.

Umumnya, pasien menjadi lebih buruk karena suhu mereka mencapai 37,5-38 derajat Celsius setelah penurunan drastis jumlah trombosit menyebabkan kebocoran plasma dan shock dan/atau akumulasi cairan dengan gangguan pernapasan, perdarahan kritis, dan kerusakan organ.

Tanda-tanda peringatan hampir selalu terlihat pada pasien sebelum onset shock termasuk kegelisahan, kulit dingin lembap, nadi cepat lemah, dan penyempitan tekanan nadi. Pasien yang mengalami shock kemungkinan besar kehilangan volume plasma yang besar melalui kebocoran pembuluh darah.

Pasien DSS harus dipantau secara ketat, karena shock hipotensi dapat dengan cepat berubah menjadi gagal jantung dan henti jantung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya