SOLOPOS.COM - Ilustrasi nyamuk aedes aegypti. (Freepik)

Solopos.com, BOYOLALI–Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali mencatat ada 48 desa endemis demam berdarah dengue (DBD) di wilayah setempat. Sebaran desa endemis DBD tersebut hampir merata di 22 kecamatan.

Kasi Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Boyolali, Sri Wahyuni, menyampaikan terdapat 48 desa/kelurahan endemis DBD.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

“Kelurahan/desa endemis DBD adalah wilayah yang tiap tahunnya terdapat kasus DBD selama tiga tahun terakhir,” kata dia saat ditemui Solopos.com seusai rapat koordinasi kelompok kerja nasional (Pokjanal) DBD di Kantor Setda Boyolali, Selasa (26/3/2024).

Sementara itu, Kepala Dinkes Boyolali, Puji Astuti, menyampaikan untuk menurunkan angka DBD Boyolali, Dinkes mengimbau masyarakat untuk melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).

Dinkes juga mengajak berbagai stakeholder dalam Kelompok Kerja Nasional (Pokjanal) untuk ikut serta menurunkan angka DBD di Boyolali dalam rapat koordinasi di Ruang Cempaka Setda Boyolali, Selasa.

Diundangnya beberapa pihak tersebut dengan harapan agar pemberantasan sarang nyamuk bisa dilakukan oleh semua pihak. Puji mencontohkan Dinas Pertanian bisa berperan dengan menanam lavender dan tanaman lain yang tidak disukai nyamuk.

“Pengadaan ikan untuk pencegahan penyakit [DBD] harapan kami bisa dimasukkan program Disnakkan sambil kami menggugah masyarakat untuk bisa membeli sendiri, contohnya ikan cupang itu murah,” kata dia.

Berdasarkan data Dinkes Boyolali, desa endemis DBD 2024  sebagai berikut:

1. Desa Sukorejo, Kecamatan Musuk. Pada 2021 terdapat 1 kasus, 2022 1 kasus, dan 2023 5 kasus;

2. Desa Juwangi, Kecamatan Juwangi. Pada 2021 terdapat 5 kasus, pada 2022 4 kasus, dan 2023 ada 3 kasus;

3. Desa Kalimati, Kecamatan Juwangi. Pada 2021 ada 12 kasus, pada 2022 ada 2 kasus, dan pada 2023 ada 1 kasus;

4. Desa Pilangrejo, Kecamatan Kemusu. Pada 2021 ada 4 kasus, 2022 ada 6 kasus, dan 2023 ada 4 kasus;

5. Kelurahan Siswodipuran, Kecamatan Boyolali. Pada 2021 ada 2 kasus, 2022 ada 4 kasus, dan 2023 ada 6 kasus.

6 .Desa Winong, Kecamatan Boyolali. Pada 2021 ada 1 kasus, 2022 ada 3 kasus, dan 2023 ada 3 kasus;

7. Desa Kiringan, Kecamatan Boyolali. Pada 2021 ada 1 kasus, 2022 ada 5 kasus, dan 2023 ada 4 kasus;

8. Desa Karanggeneng, Kecamatan Boyolali. Pada 2021 ada 3 kasus, 2022 9 kasus, dan 2023 ada 5 kasus;

9. Desa Sempu, Kecamatan Andong. Pada 2021 ada 1 kasus, 2022 ada 2 kasus, dan 2023 ada 1 kasus;

10. Desa Tanjung, Kecamatan Klego. Pada 2021 ada 2 kasus, 2022 ada 1 kasus, dan 2023 ada 2 kasus;

11. Desa Sumberagung, Kecamatan Klego. Pada 2021 ada 1 kasus, 2022 ada 1 kasus, dan 2023 ada 1 kasus;

12. Desa Grogolan, Kecamatan Karanggede. Pada 2021 ada 3 kasus, 2022 ada 1 kasus, dan 2023 ada 4 kasus;

13. Desa Manyaran, Kecamatan Karanggede. Pada 2021 ada 1 kasus, 2022 ada 3 kasus, dan 2023 ada 2 kasus;

14. Desa Ngaru-aru, Kecamatan Banyudono. Pada 2021 ada 3 kasus, 2022 ada 2 kasus, pada 2023 ada 2 kasus;

15. Desa Bendan, Kecamatan Banyudono. Pada 2021 ada 2 kasus, 2022 ada 2 kasus, pada 2023 ada 4 kasus;

16. Desa Banyudono, Kecamatan Banyudono. Pada 2021 ada 1 kasus, pada 2022 ada 2 kasus, dan 2023 ada 2 kasus;

17. Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono. Pada 2021 ada 1 kasus, 2022 ada 3 kasus, dan 2023 ada 4 kasus;

18. Desa Guwo, Kecamatan Wonosegoro. Pada 2021-2023 masing-masing 1 kasus;

19. Desa Selodoko, Kecamatan Ampel. Pada 2021-2023 masing-masing 1 kasus;

20. Desa Kemasan, Kecamatan Sawit. Pada 2021 ada 2 kasus, 2022 ada 3 kasus, dan 2023 ada 1 kasus;

21. Desa Cepokosawit, Kecamatan Sawit. Pada 2021 ada 1 kasus, 2022-2023 masing-masing 2 kasus;

22. Desa Karangduren, Kecamatan Sawit. Pada 2021 ada 2 kasus, 2022 ada 1 kasus, dan 2023 ada 5 kasus;

23. Desa Dibal, Kecamatan Ngemplak. Pada 2021 ada 2 kasus, 2022 ada 1 kasus, dan 2023 ada 8 kasus;

24. Desa Kismoyoso, Kecamatan Ngemplak. Pada 2021 ada 1 kasus, 2022 ada 2 kasus, dan 2023 ada 1 kasus;

25. Desa Pandeyan, kecamatan Ngemplak. Pada 2021 ada 2 kasus, 2022 ada 1 kasus, dan 2023 ada 2 kasus;



26. Desa Sindon, Kecamatan Ngemplak. Pada 2021 ada 3 kasus, 2022 ada 2 kasus, 2023 ada 8 kasus;

27. Desa Sobokerto, Kecamatan Ngemplak. Pada 2021 ada 2 kasus, 2022 ada 5 kasus, dan 2023 ada 1 kasus;

28. Desa Bendungan, Kecamatan Simo. Pada 2021 ada 2 kasus, 2022 ada 1 kasus, dan 2023 ada 2 kasus;

29. Desa Gunung, Kecamatan Simo. Pada 2021 ada 1 kasus, 2022 ada 3 kasus, dan 2023 ada 1 kasus;

30. Desa Wonosegoro, Kecamatan Wonosegoro. Pada 2021-2022 masing-masing 3 kasus, pada 2023 ada 1 kasus;

31. Desa Tawengan, Kecamatan Sambi. Pada 2021-2023 masing-masing ada 1 kasus;

32. Desa Babadan, Kecamatan Sambi. Pada 2021 ada 1 kasus, 2022 ada 3 kasus, dan 2023 ada 5 kasus;

33. Desa Kenteng, Kecamatan Nogosari. Pada 2021 ada 4 kasus, pada 2022-2023 masing-masing 1 kasus;

34. Desa Sembungan, Kecamatan Nogosari. Pada 2021-2022 masing-masing 2 kasus, pada 2023 4 kasus;



35. Desa Ketitang, Kecamatan Nogosari. Pada 2021 ada 3 kasus, pada 2022-2023 masing-masing 1 kasus;

36. Desa Guli, Kecamatan Nogosari. Pada 2021 ada 4 kasus, 2022 ada 1 kasus, dan 2023 ada 3 kasus;

37. Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo. Pada 2021 ada 2 kasus, 2022 ada 5 kasus, dan 2023 6 kasus;

38. Desa Dlingo, Kecamatan Mojosongo. Pada 2021 ada 2 kasus, pada 2022 ada 1 kasus, dan 2023 ada 2 kasus;

39. Desa Kragilan, Kecamatan Mojosongo. Pada 2021 ada 2 kasus, pada 2023 ada 3 kasus, dan 2023 ada 1 kasus;

40. Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Mojosongo. Pada 2021 ada 2 kasus, 2022 ada 6 kasus, dan 2023 ada 1 kasus;

41. Desa Manggis, Kecamatan Mojosongo. Pada 2021 ada 1 kasus, 2022 ada 7 kasus, dan 2023 ada 9 kasus;

42. Desa Tambak, Kecamatan Mojosongo. Pada 2021 ada 2 kasus, 2022-2023 masing-masing 1 kasus;

43. Desa Karangnongko, Kecamatan Mojosongo. Pada 2021 ada 4 kasus, pada 2022-2023 masing-masing ada 2 kasus;



44. Desa Kadireso, Kecamatan Teras. Pada 2021 ada 2 kasus, 2022 ada 1 kasus, dan pada 2023 ada 2 kasus;

45. Desa Nepen, Kecamatan Teras. Pada 2021 ada 2 kasus, 2022 ada 1 kasus, dan 2023 ada 2 kasus;

46. Desa Salakan, Kecamatan Teras. Pada 2021 ada 1 kasus, 2022 ada 2 kasus, dan 2023 ada 3 kasus;

47. Desa Teras, Kecamatan Teras. Pada 2021 ada 2 kasus, 2022 ada 9 kasus, dan 2023 ada 4 kasus;

48. Desa Randusari, Kecamatan Teras. Pada 2021-2022 masing-masing 2 kasus, dan 2023 ada 4 kasus.



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya