SOLOPOS.COM - Sukarelawan BPBD Sragen bersama warga mengevakuasi pohon tumbang akibat hujan deras disertai angin kencang yang melanda Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen pada Jumat (4/11/2022). (Istimewa/BPBD Sragen).

Solopos.com, SRAGEN — Memasuki musim penghujan, masyarakat di Kabupaten Sragen diminta mewaspadai potensi bencana hidrometeorologi. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sragen memetakan ada 59 desa di Bumi Sukowati yang rawan bencana angin kencang, 45 desa rawan banjir, dan 13 desa rawan tanah longsor.

Kepala Pelaksana BPBD Sragen, R. Triyono Putro, mengungkapkan 59 desa yang rawan angin kencang itu tersebar di 20 kecamatan. Dia menyebut ada tiga kecamatan yang ancaman angin kencangnya cukup tinggi, yakni Sragen, Sidoharjo, dan Tanon. Di Kecamatan Sidoharjo ada enam desa yang rawan angin kencang, yakni Bentak, Duyungan, Purwosuman, Patihan, Jetak, dan Taraman.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

“Di Kecamatan Tanon juga ada enam desa yang rawan angin kencang, yakni Kecik, Jono, Padas, Gawan, Karangtalun, dan Gading. Sementara di wilayah Kecamatan Sragen, ada enam desa dan kelurahan yang rawan angin kencang, yakni Kelurahan Sine, Nglorog, Sragen Wetan, Sragen Tengah, dan Desa Tangkil,” jelasnya kepada Solopos.com, Sabtu (25/11/2023).

Selain rawan angin kencang, Triyono juga menyampaikan ada 45 desa di 14 kecamatan yang rawan banjir. Daerah tersebut berada di kawasan bantaran Bengawan Solo dan anak sungainya. Ada empat desa dan kelurahan di Kecamatan Sragen yang menjadi langganan banjir, yakni Desa Tangkil, Kedungupit, Kelurahan Sine, dan Karangtengah.

Ancaman banjir paling tinggi ada di wilayah tujuh desa di Kecamatan Sidoharjo yakni Sribit, Patihan, Bentak, Tenggak, Taraman, Pandak, dan Jambanan. Di Kecamatan Kalijambe dengan kontur tanah yang berbukit pun, ujar dia, tak luput dari ancaman banjir. Banjir mengancam Desa Bukuran, Trobayan, dan Jetis Karangpung.

“Kami sudah mengumpulkan para relawan penanggulangan bencana se-Kabupaten Sragen untuk bersama-sama bersiap menghadapi dan mengantisipasi potensi bencana hidrometeorologi,” ujar Triyono.

BPBD juga membentuk 31 desa tangguh bencana (Destana) di desa rawan banjir. Di setiap Destana ada relawan yang bertugas mengurangi risiko bencana. Mereka sudah mendapat pembekalan untuk mengantisipasi bencana, khususnya banjir.

“Tugas mereka lebih pada sosialisasi dan penyuluhan kepada warga di bantaran sungai yang sering menjadi korban luapan Bengawan Solo dan anak sungainya. Kami berharap semua komponen masyarakat terlibat bersama-sama. Bentuk kegiatannya bisa penanaman pohon dan penyuluhan ketika sewaktu-waktu air meluap. Nasyarakat sudah siap dan mengetahui apa yang seharusnya dilakukan,” kata dia.

Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Sragen, Giyanto, mencatat sejak Januari-November 2023 ada 114 kasus bencana angin kencang. Siklus bencana angin kencang cukup tinggi terjadi di Februari dengan 30 kejadian dan tertinggi terjadi selama Novemer 2023 dengan 54 kejadian yang terhitung sejak 2-22 November 2023.

“Kasus paling banyak terjadi pada 3 November lalu dengan 31 peristiwa yang terjadi di wilayah Kecamatan Sragen, Karangmalang, Kedawung, Masaran, Sidoharjo, Tanon, Ngrampal, Gemolong, Tangen, dan Sumberlawang,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya