Soloraya
Rabu, 31 Januari 2024 - 17:42 WIB

8.815 Ha Sawah Boleh Alih Fungsi, KTNA Khawatirkan Lumbung Padi Sragen Hilang

Tri Rahayu  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Para tenaga panen memangkas tanaman padi yang roboh di areal pertanian di wilayah Kecamatan Tanon, Sragen, baru-baru ini. (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Sragen mengkhawatirkan status Sragen sebagai lumbung padi terbesar kedua di Jateng dan ke-10 nasional akan tergusur. Pasalnya, Pemkab Sragen memperbolehkan alih fungsi lahan sawah seluas 8.815 hektare untuk jadi kawasan industri, perumahan dan lainnya.

Kekhawatiran itu disampaikan Ketua KTNA Sragen, Suratno,  Rabu (31/1/2024). Dia mengatakan jika sawah seluas itu beralih fungsi pasti berpengaruh pada kapasitas produksi padi di Sragen. Jika satu hektare bisa menghasilkan 6-7 ton gabah, kemudian setahun tiga kali panen maka potensi yang hilang dari alih fungsi lahan tersebut yakni 185.115 ton gabah kering panen.

Advertisement

“Jelas produksi padinya berkurang. Berkaitan dengan lumbung pangan, maka Sragen berpotensi tidak menjadi lumbung pangan kedua di Jateng dan lumbung pangan ke-10 nasional. Potensi alih fungsi LSD [lahan sawah dilindungi] itu juga akan mengurangi tenaga kerja di sektor pertanian walaupun tenaga kerja itu juga ikut beralih ke sektor industri,” ujarnya.

Suratno sebenarnya tak mempersoalkan jika alih fungsi lahan sawah digunakan untuk industri pertanian. Industri tersebut bisa menggunakan bahannya dari petani, misalkan produk hortikultura. “Kalau untuk industri non-pertanian bisa diarahkan ke lahan-lahan yang non produktif,” katanya.

Dia berharap alih fungsi sawah untuk industri bisa dibarengi dengan pembukaan sawah baru di lokasi lain. Sawah di Sragen sebelumnya cukup banyak yang terpangkas untuk jalan tol.

Advertisement

Anggota KTNA Sragen, Bari, mengatakan pihaknya tidak anti industri. Namun akan lebih baik menyelaraskan industri dengan pertanian. Menurutnya akan lebih baik wilayah yang dikembangkan jadi kawasan industri berada di utara Bengawan Solo atau yang dekat dengan exit tol seperti Gondang, Sambirejo, dan Sambungmacan.

“Industri itu mestinya tidak di selatan Bengawan Solo. Dalam pengambilan kebijakan agar petani ikut dilibatkan,” jelasnya.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif