SOLOPOS.COM - Warga Desa Glagahwangi, Kecamatan Polanharjo berkumpul saat digelar tradisi among-among jelang Lebaran, Rabu (10/4/2024).(Istimewa/Dokumentasi Maulana)

Solopos.com, KLATEN – Warga Desa Glagahwangi, Kecamatan Polanharjo hingga kini masih menjaga tradisi leluhur jelang Lebaran. Pagi buta sebelum Salat Idulfitri digelar, warga menggelar tradisi among-among.

Tradisi yang bermakna wujud syukur itu dilakukan dengan berbagi sedekah. Seperti yang dilakukan warga RT 011, Dukuh Karangjati, Desa Glagahwangi, Rabu (10/4/2024) dini hari. Sejak pukul 02.00 WIB, warga terutama dari usia remaja hingga anak-anak berkumpul. Sekitar pukul 03.00 WIB, mereka keliling kampung mendatangi satu per satu rumah warga.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Sekitar 30 rumah keluarga dari total 50 keluarga yang didatangi rombongan berjumlah hampir 100 orang itu. Mereka mengetuk pintu sembari berkata among-among. Sang empunya rumah sudah paham dan bergegas keluar membagikan uang Rp1.000, Rp2.000, hingga Rp5.000 untuk setiap orang yang datang sesuai dengan kemampuan masing-masing keluarga pemberi.

Rombongan kemudian berpindah ke rumah lainnya dan melakukan hal serupa hingga selesai sebelum Azan Subuh berkumandang. Suka cita tak hanya dirasakan para penerima yang mayoritas rombongan anak-anak. Keluarga yang memberi pun merasakan kebahagiaan bisa berbagi menjelang hari kemenangan.

Ketua RT 011 Dukuh Karangjati, Sukiman, menjelaskan tradisi among-among sudah berlangsung turun temurun. Dia tak tahu siapa yang kali pertama mencetuskan. Namun, semenjak dia kecil tradisi itu sudah ada.

“Sejak kapannya kurang tahu. Saya kecil sudah ada, sekitar tahun 1980an. Bahkan kakak-kakak saya juga merasakan tradisi itu,” kata Sukiman kepada Solopos.com, Rabu.

Sebelum berbagi uang, Sukiman mengatakan sedekah yang dibagikan masing-masing keluarga masih berupa nasi bancakan gudangan. Seiring perkembangan zaman, nasi bancakan diganti uang. “Mulai beralih dengan uang itu sejak 1990an,” kata Sukiman.

Sukiman menjelaskan tidak ada paksaan kepada masing-masing keluarga. Tradisi itu dilakukan sesuai kemampuan masing-masing. Prinsipnya, tradisi itu ditujukan sebagai bentuk syukur dan mendapatkan berkah jelang Lebaran.

Salah satu warga, Maulana Zubair, 30, mengatakan tidak semua keluarga didatangi. Rumah-rumah yang didatangi yakni rumah keluarga yang biasa memberi pada tradisi itu. “Tetap memperhatikan kemampuan masing-masing keluarga. Harapan kami tradisi ini bisa terus lestari. Selain sebagai wujud syukur, tradisi ini menjadi bagian untuk menjaga kerukunan warga kami,” kata Maulana.

Maulana mengatakan tradisi itu masih dirawat warga terutama di RT 10 Dukuh Kemasan, RT 011 Dukuh Karangjati, dan RT 012 Dukuh Daguran. Tak hanya dilakukan warga setempat, warga perantau terutama anak-anak menantikan tradisi itu.

“Justru anak-anak yang ada di perantauan itu ingin pulang kampung karena tidak sabar ingin ikut tradisi ini. Memang uang yang diperoleh tidak banyak. Ada yang dapat Rp70.000 untuk satu anak. Tetapi kebersamaan melalui tradisi ini yang tidak bisa diukur dengan nominal,” jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya