SOLOPOS.COM - Ilustrasi terik matahari dampak El Nino saat musim kemarau. (Freepik.com)

Solopos.com, KLATENPertanian di Klaten saat ini disebut masih aman dari ancaman dampak fenomena El Nino. Namun, petani diingatkan untuk menghemat penggunaan air.

Mengutip informasi dari tanamanpangan.pertanian.go.id, El Nino merupakan fenomena alami yang terjadi ketika suhu permukaan air di Samudera Pasifik Tengah dan Timur menjadi lebih hangat dari biasanya.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Hal ini menyebabkan perubahan pola cuaca global yang dapat berdampak signifikan pada iklim di berbagai wilayah. Tidak hanya di Indonesia tapi juga di seluruh dunia.

Di sektor pertanian, El Nino dapat mengganggu pola cuaca yang berdampak pada produksi pertanian dan kesejahteraan petani. Salah satu yang perlu diwaspadai petani, yakni dampak kekeringan yang berkepanjangan.

Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Klaten, Maryanto, mengatakan saat ini kondisi pertanian Klaten relatif masih aman terhadap ancaman fenomena El Nino. Namun, Maryanto mengingatkan agar petani melakukan penghematan penggunaan air.

“Saat ini masih relatif aman. Mayoritas atau 80 persen petani di Klaten saat ini panen padi dan persiapan MT [musim tanam] berikutnya ada komoditas lainnya yang ditanam petani yakni jagung, kedelai, dan tembakau,” kata Maryanto saat ditemui Solopos.com di Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Klaten, Kamis (13/7/2023).

Untuk tanaman kedelai serta tembakau, Maryanto menjelaskan relatif masih aman dari ancaman kekeringan karena tidak terlalu membutuhkan air. Bagi petani yang menanam jagung, dia mengingatkan agar petani memperhatikan potensi air di sekitar lahan pertanian mereka.

“Jagung itu rakus terhadap air. Petani jangan hanya mengandalkan air dari irigasi. Harus mau swadaya membuat sumur dalam kalau ingin panen maksimal. Itu solusi yang paling efektif, tepat, tidak ribet,” kata Maryanto.

Maryanto juga menjelaskan masih ada petani yang saat musim kemarau ini tanam padi. Mereka tersebar di enam kecamatan meskipun tidak di semua desa.

Dia mencontohkan seperti di beberapa wilayah Kecamatan Karangdowo, petani masih tanam padi karena pasokan air dari aliran irigasi. Di Desa Talang, Kecamatan Bayat, sebagian petani masih tanam padi karena mendapatkan pasokan dari Rawa Jombor.

“Kalau seperti Kecamatan Polanharjo, Jatinom, dan sebagian Karanganom itu pasokan air masih cukup [karena ada aliran dari sumber-sumber mata air],” kata dia.

Kepala DKPP Klaten, Widiyanti, mengatakan salah satu dampak dari fenomena El Nino, yakni terjadi yakni kekurangan air di sektor pertanian karena kekeringan panjang.

“Oleh karena itu kami mengajak para kadang tani untuk mengoptimalkan kegiatan usaha tani, percepat tanam, serta disesuaikan tanam dengan komoditas sesuai dengan ketersediaan air yang ada. Sehingga diharapkan petani selalu panen. Jangan sampai selalu memaksakan tanam tanaman yang membutuhkan air banyak tetapi akhirnya tidak panen,” kata dia.

Berdasarkan data yang dihimpun, luas tanam padi di Klaten pada 2022 sebesar 73.936 ha. Sementara produksi padi pada 2022 sebanyak 471.132 ton dengan konversi 62% menjadi beras sebanyak 292.102 ton.

Jumlah penduduk di Klaten (akhir 2021) 1.267.272 jiwa (konsumsi per orang 92 kg per tahun), jumlah konsumsi 116.589 ton, sehingga masih surplus  175.518 ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya