SOLOPOS.COM - Jenazah Giyanti, anggota KPPS TPS 006 Gubug, Cepogo, Boyolali, dibawa dari rumah duka menuju permakaman, Selasa (20/2/2024). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara atau KPPS di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 006 Gubug, Kecamatan Cepogo, Boyolali, Giyanti, 37, yang meninggal dunia pada Senin (19/2/2024) malam diketahui sudah berpengalaman sebagai petugas KPPS.

Ketua RW 004 Gubug, Sri Yono, mengungkapkan Giyanti telah bertugas sebagai KPPS pada tiga kali penyelenggaraan Pemilu. “Jadi petugas KPPS ini sudah tiga kali ini, sudah berpengalaman dan orangnya lincah. Sebelumnya juga tidak pernah sakit, baru kali ini,” kata dia kepada wartawan di sekitar rumah duka, Dukuh Gunung Wijil, Desa Gubug, Selasa (20/2/2024).

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Ia menjelaskan Giyanti meninggalkan suami dan dua anaknya yang masih kelas X SMA dan kelas II MI. Sri Yono menceritakan orang tua Giyanti sempat pingsan ketika mendapat kabar Giyanti meninggal dunia.

Diketahui, Giyanti bekerja di TPS 006 Dukuh Gunungsari, Desa Gubug. “Kalau yang di Dukuh Gunung Wijil kan TPS 005. Namun, Mbak Giyanti bertugas di TPS 006 Gondangsari. Sebagian warga sini juga mencoblos di sana,” kata dia.

Ditanya terkait penyakit yang diderita Giyanti, Sri mengaku tidak tahu persis. Namun, menurutnya, Giyanti yang sehari-harinya bekerja di pabrik saat pusing akan menempelkan koyo di kepalanya.

Berdasarkan pantauan Solopos.com di rumah duka, beberapa komisioner KPU Boyolali terlihat di lokasi seperti Ketua KPU Maya Yudayanti, Koordinator Divisi Sosialisasi Pendidikan Pemilih Partisipasi Masyarakat (Parmas) dan SDM Nyuwardi, dan Koordinator Divisi Data dan Informasi Rohani.

Terlihat para komisioner berada di antara ratusan pelayat. Suami Giyanti, Sularto, terlihat menangis melepas jenazah istrinya untuk dimakamkan di permakaman setempat.

Sebelumnya, Ketua KPPS TPS 006 Gubug, Tri Setiyoko, mengatakan Giyanti sudah mengeluhkan pusing pada hari pemungutan suara, Rabu (14/2/2024) pagi. Ia pun sudah menyarankan agar Giyanti beristirahat saja dan tugasnya akan digantikan petugas.

Santunan Kematian

Namun Giyanti berkukuh tetap melanjutkan tugas. “Sampai larut malam, pulang dari TPS langsung dibawa ke rumah sakit,” kata Tri saat dihubungi Solopos.com, Selasa (20/2/2024).

Ia mengatakan Giyanti waktu itu pulang pada Kamis (15/2/2024) pukul 02.00 WIB. Saat itu proses penghitungan suara di TPS belum selesai. Giyanti sempat dirawat di rumah sakit dan meninggal pada Senin malam.

Tri mengatakan ia tidak mengetahui apakah Giyanti memiliki penyakit. Namun, kesehariannya Giyanti memang menempelkan koyo di bagian kepala dan leher saat merasa pusing.

“Sebelum bertugas juga tidak lembur, hanya hari biasa kerja. H-1 kerja di pabrik garmen tapi juga pulang jam biasa terus karena pabriknya sepi. Jadi, istirahatnya cukup. Sebelum pencoblosan juga yang bikin tenda hanya KPPS yang cowok,” kata dia.

Sementara itu, Ketua KPU Boyolali Maya Yudayanti menyampaikan jajarannya sangat berduka dengan meninggalnya salah satu petugas KPPS di Desa Gubug, Cepogo, Giyanti. Maya menjelaskan Giyanti meninggal karena kelelahan.

“Jadi pemerintah daerah sudah memberikan fasilitas dengan perlindungan sosial, BPJS Ketenagakerjaan. Jadi ada santunan kematian untuk beliau dan bantuan untuk pemakanan yang akan diserahkan siang nanti,” kata dia.

Maya menjelaskan total ada dua anggota KPPS yang meninggal dunia. Sebelumnya, Ketua KPPS TPS 007 Salakan, Didik Wahyudi, meninggal pada Sabtu (17/2/2024). “Tentu ini akan menjadi bahan evaluasi bagi KPU Boyolali dan KPU RI terkait beban kerja anggota KPPS,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya